Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kondisi perekonomian global tampaknya masih menghadapi ketidakpastian pada 2025 ini. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong yield atau imbal hasil obligasi domestik menjadi meningkat.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pada tahun ini, risiko dari ketidakpastian global terkait trade war (perang dagang) dan currency war (perang mata uang) masih terbuka lebar.
“Sehingga hal ini berpotensi mendorong yield US Treasury tetap tinggi terutama pada paruh pertama 2025, yang mendorong yield obligasi domestik diperkirakan masih di atas 7%,” tutur Josua kepada Kontan, Jumat (5/1).
Baca Juga: Mau Investasi di Pasar Obligasi? Intip Saran Analis Berikut Ini
Sementara itu, dalam asumsi ekonomi makro APBN 2025, imbal hasil alias yield surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun pada 2025 direncanakan sebesar 7,1%.
Meski demikian, Josua menilai, masih akan ada potensi normalisasi sentimen pada akhir 2025. Di samping itu, Ia juga menilai, meskipun yield dari obligasi diperkirakan masih tinggi, namun dampaknya terhadap beban utang pemerintah masih relatif terbatas.
“Ini sejalan dengan transmisinya ke obligasi yang sudah beredar cenderung rendah,” ungkapnya.
Baca Juga: Mengukur Minat Investasi Reksadana di Sepanjang Tahun 2024
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan pembiayaan utang melalui SBN sebesar Rp 642,6 triliun pada tahun 2025. Angka ini melonjak hingga 42,2% jika dibandingkan dengan outlook penerbitan SBN di tahun 2024 yang mencapai Rp 451,9 triliun.
Selanjutnya: CEO Nvidia Jensen Huang Akui Gugup Berbicara di Depan Umum, Dia Tidak Sendirian
Menarik Dibaca: Ini Daftar 10 Benda yang Tidak Boleh Anda Cuci dengan Sabun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News