kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IDI: Vaksin harus dilihat dari aspek ilmiah, tidak berdasarkan merek atau negara asal


Senin, 11 Januari 2021 / 12:37 WIB
IDI: Vaksin harus dilihat dari aspek ilmiah, tidak berdasarkan merek atau negara asal
ILUSTRASI. Daeng Mohammad Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menghimbau masyarakat agar kepercayaan terhadap vaksin tidak berdasarkan merek atau basis negara, tapi harus berdasarkan aspek ilmiah.

"Jadi vaksin tersebut sudah dijamin keamanan dan efektivitasnya dari mana pun asal dan mereknya,” terang Daeng M. Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (11/1).

Sementara itu, menurut Daeng kehalalan vaksin Covid-19 menjadi salah satu faktor penting agar vaksin mudah diterima masyarakat. Daeng menambahkan, hal tersebut berkaca dari masyarakat Indonesia termasuk dokter yang mayoritas beragama Islam sehingga penjelasan tentang kehalalan jadi poin penting.

Diketahui pada 8 Januari 2021 lalu Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menyatakan bahwa vaksin Sinovac halal dan suci. Maka Daeng menyebut aspek kehalalan sudah tidak perlu dipertanyakan kembali.

Baca Juga: Waspada, IDI peringatkan risiko penularan Covid-19 kini pada titik tertinggi

Untuk mendukung program vaksinasi, IDI telah membentuk tim advokasi vaksinasi yang bertugas memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar pelaksanaan vaksinasi di lapangan dilakukan dengan baik, dan diterima baik oleh masyarakat.

Sosialisasi tak lepas dilakukan IDI baik secara internal maupun kepada masyarakat bahwa vaksinasi ini adalah pilihan yang baik untuk mengakhiri pandemi.

"Tujuan akhirnya adalah menyadarkan dokter untuk ikut divaksinasi pada tahap pertama. Selain itu, ketika saat pelaksanaan vaksinasi di masyarakat nanti, tenaga kesehatan bisa ikut berpartisipasi untuk menyukseskannya,” jelas Daeng.

Para tenaga kesehatan dinilai sudah sangat memahami mengenai pentingnya vaksinasi karena mereka terbiasa melakukan pelayanan vaksinasi sehari-hari hingga ke puskesmas. Oleh karena itu, Daeng menyebut tenaga kesehatan seharusnya tidak perlu mempermasalahkan vaksinasi.

"Koridor yang perlu dijaga adalah keamanan dan efektivitasnya dan itu akan dijawab oleh hasil laporan uji klinik yang dilakukan serta izin penggunaan darurat yang akan dikeluarkan BPOM,” imbuhnya.

Pelaksanaan vaksinasi juga perlu role model dari pimpinan dan tokoh publik supaya masyarakat semakin percaya dan tidak ragu. Daeng mengungkapkan, sejak awal pihaknya akan memberi contoh dengan menjadi pihak yang pertama mendapatkan vaksinasi.

Baca Juga: Mulai didistribusikan, apa saja isi kandungan vaksin Covid-19 Sinovac?

"IDI sejak awal menyampaikan, setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) memberikan izin penggunaan darurat, IDI akan memberikan contoh untuk menjadi yang pertama divaksin," ujarnya

Daeng juga menyampaikan, ada dua strategi prinsip dalam penanganan Covid-19. Pertama, poin penanggulangannya berada pada menekan kecepatan penularannya. Adapun strateginya yakni, orang yang sudah terinfeksi harus cepat ditemukan agar cepat dilokalisir penularannya.

"Lalu, orang yang sehat berupaya agar tidak tertular dengan cara menerapkan 3M. Kalau pengawasan disiplin protokol Kesehatan sampai komunitas terkecil, mungkin akan jauh lebih efektif. Tambahan selain menerapkan protokol kesehatan adalah, menjaga daya tahan tubuh melalui mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan berolahraga secara teratur,” kata Daeng.

Selanjutnya: Infeksi virus corona bisa Anda cegah dengan hal ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×