kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,12   -8,25   -0.83%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IDI surati Menkes Terawan agar tak tergesa-gesa soal vaksin corona, ini alasannya


Kamis, 22 Oktober 2020 / 13:43 WIB
IDI surati Menkes Terawan agar tak tergesa-gesa soal vaksin corona, ini alasannya
ILUSTRASI. IDI surati Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto (kanan) agar vaksinasi corona atau COVID-19 tak dilakukan tergesa-gesa.. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/nz


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atau PB IDI meminta Menteris Kesehatan Terawan Agus Putranto tidak tergesa-gesa dalam proses vaksinasi corona atau covid-19.

Dalam sebuah surat yang ditandatangani Ketua Umum PB IDI dr Daeng M Faqih,  IDI menyarankan agar Menkes mengadakan persiapan yang baik dalam hal pemilihan jenis vaksin corona (covid-19) yang akan disediakan serta persiapan terkait pelaksanaannya.

“Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden agar program vaksinasi corona (covid-19)  ini jangan dilakukan dan dimulai dengan tergesa-gesa," tulis IDI dalam surat tertanggal 21 Oktober 2020 yang diunggah di akun Twitter IDI, Kamis (22/10).

Disampaikan humas PB IDI Halik Malik, dalam surat yang sama, IDI menyebut ada syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam pemilihan vaksin corona (covid-19). Apalagi tenaga kesehatan menjadi kelompok yang akan disuntik pertama vaksin corona (Covid-19) pada November nanti.

Merujuk rekomendasi , BPOM juga telah menyebutkan syarat mutlak vaksin corona (Covid-19) sebelum diberikan ke masyarakat, yakni efektivitas, imunogenitas, serta keamanannya. Syarat itu harus dibuktikan dengan hasil yang baik melalui uji klinik fase III vaksin corona atau Covid-19  yang dipublikasikan.

Saat ini, uji klinis III salah satu kandidat vaksin coroina (covid-19) yakni Sinovac masih diuji klinis di sejumlah negara, antara lain Brasil, Bangladesh, Chile, dan Indonesia.

Dari data yang ada, saat ini uji coba vaksinasi corona dari Sinovac di Brasil sudah selesai dilaksanakan pada 9.000 relawan. “Namun hasilnya baru akan dikeluarkan segera setelah selesai dilakukan vaksinasi pada 15.000 relawan," ungkap IDI.

Prinsib kehati-hatian juga dilakukan negara lain dengan tetap menunggu data lebih banyak lagi dari hasil uji klinis fase III atas vaksin corona atau Covid-19 “Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa program vaksinasi adalah sesuatu program penting, tetapi tidak bisa tergesa-gesa.” Ujar IDI.

Sementara uji klinis III atas vaksin corona di Indonesia baru dimulai Agustus. Dan diproyeksikan uji klinis vaksin Covid-19 selesai Januari 2021.

IDI menyebutkan, dalam situasi pandemi,  WHO memang membolehkan pembuatan dan penyediaan obat atau vaksin dapat dilakukan melalui proses Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin COVID-19 kepada lembaga yang memiliki otoritas. Di Indonesia, ada BPOM.

PB IDI juga sangat yakin BPOM akan memperhatikan keamanan, efektivitas, dan imunogenitas suatu vaksin, termasuk bila terpaksa menggunakan skema EUA. Maka IDI yakin bahwa BPOM akan menjaga kemandirian dan profesionalismenya.

Menurut IDI, dalam program vaksinasi, perlu juga memperhatikan rekomendasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Strategic Advisory Group of Experts on Immunization of The World Health Organization (SAGE WHO).

Makanya, IDI lagi-lagi menekankan program vaksinasi memerlukan persiapan yang baik.

"Pelaksanaan program vaksinasi memerlukan persiapan yang baik dan komprehensif, termasuk penyusunan pedoman-pedoman terkait vaksinasi oleh perhimpunan profesi, pelatihan petugas vaksin, sosialisasi bagi seluruh masyarakat, dan membangun jejaring untuk penanganan efek samping imunisasi," tegas IDI.

Keamanan dan efektivitas adalah hal yang utama selain juga kita semua ingin agar program ini berjalan lancar. PB IDI berharap agar program vaksinasi ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×