Reporter: Jane Aprilyani, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah yakin bisa menyerahkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2015 ke DPR pada Januari mendatang.
Perubahan terbaru adalah turunnya patokan harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dari US$ 105 per barel menjadi sekitar US$ 65-US$ 75 per barel.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bilang, kisaran acuan ICP tersebut dinilai cukup ideal. Bagi pemerintah, jika tahun depan terjadi kenaikan harga minyak mentah di pasar dunia, acuan ini masih relevan.
"Ini sesuai rekomendasi menteri energi dan sumber daya mineral," terang Bambang, Senin (29/12).
Memang, harga minyak di pasar dunia sudah anjlok sejak bulan lalu. Tahun ini, harga minyak WTI di bursa NYMEX mencapai titik tertinggi pada level US$ 101,18 per barel tanggal 25 Juni. Sejak itu, harga minyak terus turun.
Pada perdagangan kemarin (29/12) pukul 20.00 WIB, harga minyak WTI sebesar US$ 55,51 per barel untuk pengiriman Februari 2015. Ke depan, para analis dan ekonom memperkirakan harga minyak akan bertahan di bawah US$ 60 per barel dan mengarah ke US$ 40 per barel akibat produksi minyak Amerika Serikat melimpah dan negara-negara pengekspor minyak enggan mengurangi produksi.
Namun, bagi Bambang, pemerintah tak mau mengambil risiko besar dengan mematok ICP yang rendah. "Karena asumsi makro memang harus dibuat serealistis mungkin," tandas Bambang. Penurunan ICP akan berdampak positif bagi APBNP 2015. Soalnya, sesuai sensitivitas APBN 2015 terhadap perubahan asumsi makro, setiap penurunan ICP US$ 1 per barel akan mengurangi defisit anggaran Rp 4 triliun-Rp 4,2 triliun.
Jadi, dengan ICP US$ 75 per barel, defisit anggaran bakal berkurang sekitar Rp 120 triliun. Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, sebaiknya pemerintah tidak mematok asumsi ICP pada level yang terlalu optimistis tahun depan.
Memang saat ini harga minyak dunia sedang turun, namun kondisi geo politik bisa berubah-ubah setiap saat. Ini bisa membuat harga minyak dunia bisa kembali naik. Kata dia, lebih baik ICP di level US$ 90-US$ 100 per barel. "Lebih baik ditaruh ke level konservatif untuk menghindari risiko jika harga minyak naik lagi," ujar dia. Revisi anggaran membuat pemerintah tak kredibel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News