Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SURABAYA. Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) merumuskan lima panduan teknis langkah usaha dalam menghadap Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Lima langkah itu wajib dilakukan sebagai upaya kesiapan ekonomi umat Islam jelang MEA.
Lima langkah menurut pengusaha santri itu adalah, pertama jangan memulai bisnis dengan hal-hal yang sulit, kedua, pelaku ekonomi dengan skala mikro harusnya membentuk himpunan untuk meneguhkan jati diri bangsa dalam arus globalisasi yang tidak terbendung, ketiga, harus ada proteksi ekonomi terhadap barang-barang produksi dalam negeri, artinya membela produksi dalam negeri juga berarti membeli produksi dalam negeri.
Keempat, kualitas produksi dalam negeri harus terus ditingkatkan, agar budaya konsumtif bangsa dapat diarahkan untuk membeli produk-produk dalam negeri, kelima, pelaku ekonomi harus memiliki visi yang jelas dan semangat yang sama dalam upaya menjalankan bisnisnya.
"Dari lima langkah tadi, modal yang paling penting sebagai umat Islam adalah ukhuwah, silaturahmi dan perasaan senasib sebagai sebuah bangsa," kata pengurus HIPSI Jatim, Mohammad Nur Arifin, pada acara NU Bussines Forum, di aula STIKES Jombang, Minggu (2/8).
Menurut Arifin, momentum Muktamar NU ke-33 adalah momentum paling tepat dalam menggelorakan semangat berusaha warga nahdliyin, khususnya menjelang MEA.
"Warga NU adalah mayoritas di negeri ini, karena itu sebagai bagian dari rakyat Indonesia harus memiliki semangat mensejahterakan rakyat melalui gerakan ekonomi," terang cawabup Trenggalek ini. Dalam acara tersebut, juga hadir Sandiaga Uno (pengusaha dan politisi Gerindra), KH. Mahmud Ali Zein (Ketua Pengurus Koperasi BMT UGT Sidogiri Pasuruan), Gus Fathullah (Ketua HIPSI Kabupaten Trenggalek), serta sejumlah ulama dan kyai NU. (Kontributor Surabaya, Achmad Faizal)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News