kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.754.000   -4.000   -0,23%
  • USD/IDR 16.870   -305,00   -1,84%
  • IDX 5.996   -514,48   -7,90%
  • KOMPAS100 847   -82,06   -8,83%
  • LQ45 668   -66,74   -9,09%
  • ISSI 186   -15,12   -7,51%
  • IDX30 353   -34,16   -8,83%
  • IDXHIDIV20 427   -41,35   -8,83%
  • IDX80 96   -9,67   -9,17%
  • IDXV30 102   -9,19   -8,28%
  • IDXQ30 116   -10,74   -8,46%

Hatta: Masih terlalu pagi menaikkan harga BBM


Rabu, 05 Januari 2011 / 16:55 WIB
Hatta: Masih terlalu pagi menaikkan harga BBM


Reporter: Hans Henricus | Editor: Edy Can

JAKARTA. Meski harga minyak mentah internasional naik, pemerintah menjamin tidak akan mengatrol harga bahan bakar minyak. Sebab, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) masih aman.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, sepanjang 2010 rata-rata ICP hanya US$ 78 per barel. Menurut Hatta, ICP ini masih lebih rendah dari harga minyak mentah dunia sebesar US$ 4 hingga US$ 5 per barel.

Apalagi, Hatta bilang, saat ini baru memasuki awal tahun 2011 sehingga agak sulit memprediksi harga ICP bisa melewati target US$80 per barel. "Terlalu pagi kita mengasumsikan bahwa harganya itu akan bertengger pada US$90 atau US$100," katanya, Rabu (5/1).

Yang jelas, pemerintah menyiapkan dana cadangan risiko fiskal jika target ICP dalam APBN 2011 meleset dari US$80 per barel. Hatta mengatakan, kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel akan memicu risiko fiskal terhadap kenaikan subsidi mendekati Rp900 miliar.

Sekadar informasi, dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, dalam APBN 2011 terdapat dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp 4,2 triliun. Dana itu dipakai untuk mengatisipasi perubahan asumsi makro, termasuk jika asumsi ICP meleset.

Hatta menambahkan, tren kenaikan harga minyak tidak akan berlangsung lama. Dia yakin Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) akan segera menyikapi kenaikan minyak tersebut. Sebab kenaikan harga minyak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia, terutama akan mengerem sektor industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×