kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Harga Minyak Naik, Realisasi Subsidi Energi Capai Rp 21,7 Triliun Per Februari 2022


Selasa, 29 Maret 2022 / 06:45 WIB
Harga Minyak Naik, Realisasi Subsidi Energi Capai Rp 21,7 Triliun Per Februari 2022


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, belanja non Kementerian/Lembaga meningkat dipengaruhi oleh penyaluran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), gas LPG, dan listrik. Per Februari 2022, realisasi subsidi energi mencapai Rp 21,7 triliun.

“Saat ini bansosnya melalui komoditas, dan ini tentunya akan memberikan implikasi sangat besar pada APBN kita nantinya,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KITA, Senin (28/3).

Sri Mulyani bilang, tahun sebelumnya bantuan sosial (bansos) banyak diberikan kepada masyarakat melalui berbagai macam program. Seperti, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan kartu sembako. 

Namun, pada tahun ini bantuan tersebut lebih banyak dialokasikan pada subsidi BBM, gas LPG dan juga listrik.

Seperti yang diketahui, tingginya subsidi energi terjadi karena harga komoditas global yang melambung. Sehingga, Sri Mulyani memperkirakan, ke depannya anggaran untuk subsidi energi akan meningkat pada tahun ini.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Realisasi Belanja Negara Telah Capai 10,4% dari Pagu APBN 2022

Selain itu, bendahara keuangan negara ini mengatakan, tingginya harga-harga energi tidak membuat pemerintah menaikkan harga jual energi kepada masyarakat. Bahkan, masih banyak masyarakat yang mendapatkan potongan harga listrik, sehingga berdampak pada kenaikan yang sangat signifikan terhadap kompensasi atau kurang bayar pemerintah.

Sri Mulyani menjelaskan, hingga Febrari 2022, kurang bayar subsidi eneri pemerintah tahun sebelumnya masih tersisa Rp 10,17 triliun, sementara subsidi regular tahun ini mencapai Rp 11,48 triliun. 

Sementara pada periode yang sama tahun lalu kurang bayar pemerintah hanya sebesar Rp 2,27 triliun dan subsidi regulernya mencapai Rp 10,08 triliun.

“Konsumsi BBM, LPG, dan listrik ini sangat berhubungan dengan pemulihan ekonomi.  BBM kita saat ini naik Rp 1,39 juta kilo liter (Januari 2022). Padahal tahun lalu hanya mencapai 1,18 juta kilo liter, jadi ada kenaikan yang cukup signifikan,” jelasnya.

Baca Juga: Gantikan Premium, Pertalite Bakal Ditetapkan Jadi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP)

Sri Mulyani bilang, kenaikan BBM ini menandakan adanya pemulihan dan mulai meningkatnya aktivitas masyarakat, meskipun subsidinya makin meningkat.

Kemudian, realisasi gas LPG 3 kg sampai dengan Januari 2022 mencapai 632,7 juta kg, sementara pada tahun lalu mencapai 603,2 juta kg. Lalu, untuk pelanggan subsidi listrik, sampai dengan Januari 2022 mencapai 38,2 juta, dan tahun lalu mencapai 37,2 juta.

“Harga listrik juga belum dilakukan peningkatan, sementara biaya subsidi BBM, LGP, dan listrik mengalami kenaikan yang luar biasa. Sejak tahun lalu dan tahun ini bahkan meningkat sangat tinggi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×