kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga minyak naik, Kemenkeu tak tahu kas Pertamina


Jumat, 29 September 2017 / 07:05 WIB
Harga minyak naik, Kemenkeu tak tahu kas Pertamina


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Pemerintah mantap tidak ingin menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun ini. Padahal, harga minyak dunia tengah menanjak yang membuat Pertamina harus menanggung perbedaan antara harga keekonomian BBM dan harga yang ditetapkan oleh pemerintah

Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengatakan, pihaknya belum mengetahui keadaan keuangan dari Pertamina yang menaggung perbedaan harga tersebut.

“Saya belum tahu persisnya mengenai hal itu (cashflow Pertamina). Kebijakan pemerintah seperti yang telah ditetapkan di APBNP. Kalau soal harga minyak sangat fluktuatif dan kita menghitungnya rata-rata satu tahun dan diperkirakan tidak jauh dari perkiraan di APBNP,” katanya kepada KONTAN, Kamis (28/9)

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, apabila dipaksakan harga BBM tidak naik, beban subsidi yang akan ditanggung Pertamina akan sangat besar. Di sisi lain, kalau BBM dinaikkan, inflasi berpotensi jebol ke atas 4%.

“Jadi ini dilematis buat pemerintah, tetapi ada kebijakan yang bisa ditunda dulu, misal BBM satu harga. Ini jadi beban buat kas Pertamina karena penurunan tidak dilakukan bertahap untuk daerah-daerah Indonesia Timur,” katanya.

Dengan demikian, menurut Bhima, program BBM satu harga tidak perlu langsung secara serentak sehingga Pertamina tambah merugi. Ia mengingatkan, apabila Pertamina tersudut, risikonya juga akan ujung-ujungnya berdampak pada inflasi.

“Kalau Pertamina tersudut, harga premium dan solar tidak naik, mungkin saja pasokannya berkurang. Orang dipaksa beli pertamax. Ini kan sudah terjadi di beberapa daerah. Bila itu yang dilakukan untuk kurangi kerugian, ini akan pengaruhi inflasi karena ketersediaan BBMnya minim,” jelasnya.

Oleh karena itu, opsinya BBM satu harga ditunda atau dikurangi. Pertamina sendiri menurutnya tiga tahun terakhir sudah melakukan banyak efisiensi ditambah ada keuntungan juga dari pertalite.

Bhima mengatakan, harga minyak mentah diperkirakan naik sampai dengan Desember 2017 atau awal tahun depan. Harga minyak WTi diperkirakan bisa sampai US$ 55-58 per barel.

“Jadi kenaikannya memang cukup tinggi karena pasokan di AS berkurang. Sambut musim dingin juga di Eropa dan AS, pasti kebutuhan energi akan meningkat. Lalu permintaan dari China karena ekonominya membaik kembali,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×