Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pemerintah beberapa waktu lalu telah mengumumkan RAPBN untuk tahun anggaran tahun 2018 dengan target pertumbuhan ekonomi 5,4%. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dengan target pertumbuhan ekonomi tersebut, investasi harus tumbuh lebih baik lagi.
Namun demikian, kalangan pengusaha merasakan masih ada masalah yang dihadapi oleh industri domestik. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, masalah utama yang dihadapi oleh industri yang lahap energi yakni tinggal masalah energi.
“Masalah utama yang dihadapi oleh industri yang lahap energi tentunya tinggal masalah energi, yakni harga gas alam sebagai energi primer yang tidak kompetitif walau gas itu berasal dari perut bumi Indonesia,” kata Ade kepada KONTAN, Minggu (20/8) kemarin.
Menurut Ade, faktanya gas dijual jauh lebih mahal di dalam negeri daripada diekspor ke negara pesaing, “Yang artinya sama dengan kita memberikan senjata untuk melukai kita sendiri,” ujarnya.
Ade mengungkapkan, hal ini ironis dan anomali. Pasalnya, kalau negara berniat untuk membangun proses industrialisasi maka harga energi harus dan wajib kompetitif. Hal ini akan mendorong proses industrialisasi di tahap ke antara dan hilir yang lebih kompetitif.
“Yang pada gilirannya produk kita akan menjadi champion,” ucapnya.
Namun demikian menurut Ade banyak juga permasalahan yang sudah terselesaikan seperti masalah pengupahan, masalah logistik yang juga dalam proses penyelesaian, masalah keamanan yang sudah kondusif, dan masalah politik yang menuju pada stabilitas yang lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News