kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga BBM Naik, Masyarakat Cenderung Menahan Belanja


Selasa, 04 Oktober 2022 / 16:31 WIB
Harga BBM Naik, Masyarakat Cenderung Menahan Belanja
ILUSTRASI. Pertumbuhan belanja masyarakat nampak melambat di akhir kuartal III-2022. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan belanja masyarakat nampak melambat di akhir kuartal III-2022. Ini terlihat dari Mandiri Spending Index yang menunjukkan adanya perlambatan nilai berbelanja maupun frekuensi berbelanja. 

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengatakan, indeks nilai berbelanja masyarakat tercatat 128,3 per 26 september 2022. Ini turun dari indeks nilai berbelanja per 26 Agustus 2022 yang sebesar 128,7. Juga, melambat bila dibandingkan pada periode Ramadan 2022 yang mencapai 159,9. 

Sedangkan indeks frekuensi berbelanja masyarakat per 26 September 2022 tercatat 157,5 atau melambat dari 158,4 pada per 26 Agustus 2022. Juga melambat bila dibandingkan dengan indeks frekuensi belanja pada periode Ramadan 2022 yang mencapai 185,0. 

Baca Juga: Menperin: Kemampuan Manufaktur Menguat, Dibuktikan PMI Naik Sampai 53,7 September

Yudo mengatakan, perlambatan pertumbuhan belanja ini tak lepas dari kenaikan inflasi. Belum lagi, ada keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, solar bersubsidi, dan pertamax pada awal September 2022. 

“Kenaikan harga-harga mulai menyebabkan perlambatan pertumbuhan belanja. Efek antisipasi kenaikan harga BBM, mendorong masyarakat untuk menahan belanja,” tegas Yudo dalam media briefing, Selasa (4/10) secara daring. 

Meski melambat, tetapi Yudo meyakinkan bahwa pertumbuhan belanja masyarakat masih resilien. Bila menilik data, ini masih lebih tinggi dari indeks berbelanja pada masa Covid-19. 

Dengan demikian, ini bukan berarti masyarakat kehilangan daya beli untuk berbelanja. Nah, perlambatan pertumbuhan indeks belanja ini lebih menunjukkan masyarakat yang mencoba menata ulang prioritas belanja di tengah peningkatan harga-harga yang terjadi. 

Bila menyinggung soal daya beli masyarakat, Yudo mengapresiasi langkah pemerintah untuk menjaga kemampuan berbelanja lewat kompensasi bantuan langsung tunai dan bantuan subsidi upah. 

“Kami amati, BLT dan BSU yang sudah digalakkan dari 2021 ini sangat berperan penting dalam mendorong maupun mempertahankan daya beli di masyarakat kelompok menengah bawah,” tandas Yudo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×