Reporter: Amal Ihsan Hadian | Editor: Amal Ihsan
PONTIANAK. Toko-toko elektronik bersiap menaikkan harga dagangannya. Harga barang elektronik di pasaran akan mengalami kenaikan sebesar 10%, akibat dampak dari melemahnya nilai kurs rupiah. Sepekan terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada sekitar Rp 11.000 per dolar.
Branch Manager PT Sharp Elektronik Cabang Pontianak Area Kalbar, Abdul Hadi, mengatakan, harga elektronik akan mengalami resesi dan harga akan naik sampai 10% akibat semakin menguatnya valuta asing (valas), terutama nilai dolar US terhadap rupiah.
Nilai tukar rupiah yang lemah, juga berdampak pada penurunan omzet penjualan barang elektronik hingga sebesar 10%. Akibat lesunya daya beli oleh konsumen yang dipengaruhi harga komoditi seperti karet dan sawit.
"Yang pasti pangsa pasar akan wait and see, dan dengan harga komoditi yang cenderung menurun terus, pastinya market makin drop," ujarnya kepada Tribun, Senin (26/8/2013).
Dengan demikian, perusahaan akan melihat kondisi pasar yang ada untuk menyiasati pasar agar penjualan tidak mengalami penurunan yang signifikan. Perusahaan yang berusaha memangkas biaya akan berdampak ke pekerja perusahaan apabila penjualan menurun sehingga terjadi pengurangan karyawan. Karena itu pemerintah harus bisa menstabilkan nilai rupiah terhadap dolar US.
"Meski begitu, tentunya harga barang tidak akan gampang normal dalam waktu dekat sehingga pelaku pasar juga akan lebih safety dan menunggu sampai kondisi stabil," tuturnya.
Hal sama dikatakan Branch Manager LG Pontianak, Johanes, bahwa dampak dolar menguat dan nilai rupiah yang melemah akan berdampak ke harga elektronik.
"Kemungkinan dengan dolar yang bisa menembus Rp 12.000, LG akan menaikan harga dengan kisaran sebesar 7% sampai 10% tergantung dari masing-masing produknya," jelasnya.
Johanes juga membenarkan, selama ini omzet electronik menurun bukan hanya dialami LG tapi juga dialami merek produk elektronik lainnya. Namun bukan dikarenakan dolar yang menguat atau rupiah melemah. Melainkan dari harga komoditi yang menurun drastis seperti karet dan sawit khususnya di daerah Kalbar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News