Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri sawit menghadapi tantangan berat setelah diberlakukannya Kebijakan European Union Deforestasion-Free Regulation (EUDR) oleh Uni Eropa (UE).
Dampak dari EUDR mendapatkan perhatian dari ketiga tim pemenangan Calon Presiden (Capres) yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Tim Nasional Anies-Cak Imin (Timnas Amin), Achmad Nur Hidayat menilai isu EUDR ini dapat diatasi dengan penguatan sertifikasi sustainability yang sudah dimiliki oleh Indonesia misalnya melalui Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Baca Juga: Harga CPO Turun pada Awal Tahun 2024, Simak Rekomendasi Saham Emiten Sawit
"Kita cukup memperkuat ISPO kita, jika tidak sesuai standar ya kita harus sesuaikan untuk kepentingan nasional," jelas Achmad dalam Bincang Kompas: Urun Rembuk Bersama Stakeholder Sawit Nasional, Rabu (17/1).
Negosiasi soal ISPO ini menurutnya menjadi solusi agar sawit dalam negeri tetap bisa ekspor ke Uni Eropa.
Pihaknya juga menyayangkan sikap pemerintah saat ini yang terkesan kontra akan kebijakan ini. Padahal, menurutnya regulasi ini harus diakomodir agar tidak berdampak pada komoditas strategis lainnya.
"Kalau sawit kita kemudian dianggap tidak ramah lingkungan, bukankah ini akan berdampak pada image kita sebagai risk country dan ini akan merambat terhadap produk komoditas yang lain," jelas Achmad
Sementara itu, Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Panji Irawan memastikan pihaknya akan memperkuat negosiasi diplomatik dalam mengatasi isu EUDR.
Negosiasi ini dilakukan agar komoditas minyak sawit dari Indonesia tidak dilakukan berbeda dengan minyak dari sumber komoditas lainnya seperti kedelai dan biji matahari.
"Paslon 02 kita mesti melakukan PDKT dan lobi menggunakan kekuatan internasional agar kita tidak diperlakukan berbeda," jelas Panji.
Baca Juga: Harga CPO Turun pada Awal Tahun 2024, Simak Rekomendasi Saham Emiten Sawit
Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Danang Dirindrawardana menyatakan pihaknya akan menunggu perkembangan dari isu EUDR ini.
Danang juga menilai kinerja ekspor Indonesia tidak terlalu terganggu dengan EUDR ini. Terlebih permintaan minyak sawit Indonesia untuk Uni Eropa juga tidak tinggi.
"Kita kan punya market non tradisional yang bisa dikembangkan, EU itu tidak banyak serapan CPO-nya dari kita," jelas Danang.
Paslon nomor 3 ini nantinya akan memperkuat pasar non tradisional sebagai pengganti pasar Uni Eropa. Menurutnya pasar non tradisional ini masih potensial untuk dijajaki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News