Reporter: Agus Triyono | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Berlakunya era pasar bebas Asean (MEA) membuat para petani di Indonesia ketar ketir. Mereka merasa belum siap bersaing untuk menghadapi era pasar bebas yang rencananya akan mulai diterapkan pada akhir tahun 2015 mendatang.
Salah satunya menghadapi persaingan produk pertanian dari petani asal Thailand dan Vietnam. Winarno Tohir, Ketua Umum Kelompok Kontan Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional mengatakan bahwa sampai saat ini dari sisi harga, produk pertanian Indonesia, khususnya beras kalah saing dengan Thailand dan Vietnam.
"Beras Thailand saja misalnya, mereka keluar bisa Rp 5.500 per kilogram atau liter, kita di dalam negeri masih Rp 6.600, beda jauh," kata Winarno Tohir kepada KONTAN Kamis (11/12).
Winarno mengatakan, perbedaan harga yang jauh antara beras Thailand dan Indonesia tersebut dipicu oleh perbedaan perlakuan pemerintah antara Indonesia dan Thailand. Di Thailand, pemerintah cukup memberikan perhatian ke petani mereka dengan memberikan subsidi langsung ke petani yang per hektarenya mencapai Rp 2,6 juta.
Winarno mengatakan, perlakuan tersebut beda dengan yang diberikan oleh pemerintah terhadap petani di Indonesia. "Makanya supaya bisa mengejar, kami ingin pemerintah bisa kumpulkan subsidi pupuk, bunga bank, benih menjadi satu dan kemudian memberikan subsidi langsung ke petani," kata Winarno.
Winarno mengatakan, menurut perhitungannya, untuk bisa memberikan subsidi langsung ke petani memang memerlukan anggaran cukup besar. Untuk menyamai subsidi Thailand saja, diperlukan anggaran lebih dari Rp 200 triliun- an.
Besaran anggaran tersebut dihitung berdasarkan besaran subsidi per hektar lahan di Thailand yang mencapai Rp 2,6 juta dikalikan luasan lahan pertanian Indonesia yang saat ini mencapai 13,6 juta hektare. Meskipun besar, agar petani Indonesia bisa bersaing dengan Thailand, subsidi tersebut harus diberikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News