kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Gejala Omicron BA.2.75 atau Omicron Centaurus yang Terdeteksi di Indonesia


Selasa, 19 Juli 2022 / 04:00 WIB
Gejala Omicron BA.2.75 atau Omicron Centaurus yang Terdeteksi di Indonesia


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Senin (18/7/2022), subvarian baru Omicron BA.2.75 sudah masuk ke Indonesia. 

Melansir Kompas.com, saat ini, tercatat ada 3 kasus Omicron BA.2.75 atau yang kerap disebut sebagai Omicron Centaurus yang teridentifikasi. 

"Ada tiga kasus BA.2.75," ujar Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, dikutip dari Kompas.com. 

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI Purn dr Alexander K Ginting Sp.P (K), FCCP, juga mengungkapkan hal yang senada dengan Dante Saksono. Dia mengatakan, pihak laboratorium Indonesia sudah melaporkan temuan kasus Omicron Centaurus. 

"Dari laboratorium sudah dilaporkan 3 kasus Centaurus," ujarnya, saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Senin (18/7/2022). 

"Hanya belum dikonfirmasi dari pasien yang mana," imbuh Alexander. 

Baca Juga: WHO: Kami Melihat Peningkatan Lagi dalam Kematian COVID-19, Waspada

Saat ini, pihak laboratorium tengah melakukan pemeriksaan terkait subvarian baru itu. 

"Lagi dipelajari sampelnya berasal dari mana, yang pasti hasil PCR-nya positif," jelas Alexander. 

Kendati demikian, Alexander menambahkan bahwa kasus Covid-19 yang saat ini bertransmisi di Indonesia dan tengah melonjak bukan didominasi oleh Omicron Centaurus. Sebaliknya, kasus Covid-19 di Indonesia saat ini didominasi oleh Omicron subvarian BA.4 dan BA.5.

Ditemukan di Bali dan Jakarta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa subvarian BA.2.75 di Indonesia terdeteksi di dua lokasi, yakni 1 kasus di Bali dan 2 kasus di Jakarta. 

"Ini juga sudah mulai masuk ke Indonesia. Satu ada di Bali karena kedatangan luar negeri. Dua ada di Jakarta. Kemungkinan besar merupakan transmisi lokal," tuturnya dalam Keterangan Pers Menteri Kesehatan tentang Perkembangan PPKM yang disiarkan melalui laman Youtube Sekretariat Kabinet RI (18/7/2022). 

Baca Juga: Angka Kematian Melonjak, WHO: Bersiaplah untuk Gelombang COVID-19 Baru

"Kita sedang cari sumbernya dari mana," imbuhnya. 

Budi menyebutkan, pihaknya juga telah melaporkan temuan kasus subvarian baru itu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). 
Dengan adanya temuan kasus subvarian BA.2.75 Indonesia, maka total negara yang telah teridentifikasi Omicron Centaurus ini berjumlah 15 negara. 

Awalnya, subvarian BA.2.75 pertama kali teridentifikasi di India. Namun, virus tersebut menyebar ke berbagai negara, salah satunya di Indonesia. 

Menurut Dante Saksono, ketiga kasus subvarian baru Omicron BA.2.75 yang masuk ke Indonesia merupakan kasus yang sederhana. 

"Semua kasus sederhana, tak terlalu berat," tuturnya. 

Kendati demikian, berdasarkan kasus di beberapa negara lain, mutasi virus ini memiliki tingkat penularan yang relatif cepat dengan keparahan sakit relatif lebih ringan jika dibandingkan varian Delta. 

"Jadi jangan khawatir soal BA.2.75, karena karakternya hampir sama dengan BA.4, BA.5 dan BA.1, BA.2," ucap Dante. 

Baca Juga: Muncul Subvarian Varian Baru, Epidemiolog Minta Cakupan Booster Percepat

Gejala Omicron Centaurus

Dilansir dari express.co, Senin (18/7/2022), gejala Omicron Centaurus ini memiliki banyak kesamaan dengan penyakit musiman, seperti pilek dan flu. Penderita Omicron Centaurus juga merasakan gejala sakit tenggorokan dan sakit kepala. 

Tim di balik aplikasi ZOE Covid Symptom Study Inggris kemudian mengumpulkan data gejala Omicron Centaurus untuk mengetahui perbedaan gejala Omicron Centaurus dengan penyakit pilek dan flu. 

Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa sakit tenggorokan yang disebabkan oleh Omicron Centaurus berlangsung kurang dari lima hari dan akan berangsur membaik dengan cepat. 

Gejala ini akan terasa buruk pada hari pertama infeksi dan kembali membaik pada hari-hari berikutnya. Jika sakit tenggorokan berlangsung lebih dari lima hari, mereka menambahkan, kemungkinan besar bukan Covid-19. Begitu pun sebaliknya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Omicron BA.2.75 atau Omicron Centaurus Teridentifikasi di Indonesia, Bagaimana Gejalanya?"
Penulis : Alinda Hardiantoro
Editor : Inten Esti Pratiwi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×