kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Founder Markplus: Asia lebih cepat bangkit dari pandemi COVID-19 dibandingkan Barat


Senin, 04 Mei 2020 / 20:00 WIB
Founder Markplus: Asia lebih cepat bangkit dari pandemi COVID-19 dibandingkan Barat
ILUSTRASI. Dok?MarkPlus -?China Sebagai The New Asia


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Founder and Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya menyebutkan Asia akan dianggap jauh lebih berkembang ketimbang negara-negara Barat saat berhadapan dengan pandemi COVID-19.

Dalam talkshow Productivity Talk bertema Surviving COVID-19, Preparing the Post Hermawan menjelaskan, pandemi COVID-19 yang bermula dari Asia menjadi global karena kini menyebar ke Barat, mulai dari Eropa sampai Amerika. Bahkan beberapa negara Barat memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibanding Asia.

"Belum lagi negara Asia seperti China dan Korea Selatan yang kini akan mulai membuka lockdown, di saat Barat masih berjibaku dengan COVID-19. Dengan gambaran tersebut, Asia kini dianggap akan jauh lebih berkembang ketimbang negara-negara Barat," ujarnya dalam talkshow yang diselenggarakan secara digital, Senin (4/5).

Baca Juga: Hermawan Kartajaya: Semua sektor akan membaik dan tancap gas pada 2021

Hermawan melanjutkan, saat ini terlihat perbedaan dari segi penanganan COVID-19 antara Asia dan Barat. Walau Asia terkena lebih dulu, namun Asia belajar banyak dari Barat.

Ia mencontohkan Indonesia yang belajar dari negara-negara Barat dalam penanganan COVID-19, namun tetap dengan metodenya sendiri.

Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dianggap berhati-hati dalam kebijakannya karena tidak memiliki power besar seperti halnya Amerika Serikat. "Termasuk alokasi anggaran untuk menghasilkan berbagai relaksasi," ujarnya.

Faktor penting lain lagi adalah kultur sosial, di mana Asia dianggap lebih memilikinya dibanding Barat yang cenderung individualis.

Ini pula yang membuat Barat lebih baik dari segi manajerial. Namun ketika bicara leadership, Asia lebih unggul karena faktor kultur dan sosial tersebut. Dengan faktor itu, masyarakat Asia cenderung lebih berbaur secara sosial sehingga dari situ muncul komunitas yang tentunya membutuhkan leadership.

Sehingga Hermawan yakin setelah COVID-19 ini Asia akan berkembang lebih baik ketimbang Barat. Asia Tenggara bisa menjadi contoh karena selain potensi ekonomi yang besar, wilayah ini minim konflik.

Selain China, Korea Selatan, dan Jepang, India, bahkan Bangladesh juga diprediksi akan sangat berkembang karena kultur dan sosial yang kuat.

Dalam talkshow tersebut, Hermawan juga melihat bahwa beberapa brand dari Asia kini sudah mengglobal dan patut diperhitungkan. Ia mengomentari pertanyaan yang masuk dari peserta talkshow asal Asia terutama Jepang yang menganggap brand-brand Jepang kesulitan bersaing secara global.

"Justru sebaliknya. Lihat Toyota dan Sony betapa besarnya mereka di dunia. Selain Jepang, kultur pop Korea Selatan juga sudah merambah dunia bahkan Amerika Serikat sekalipun. Budaya Namaste dari India juga menjadi populer saat COVID-19 karena larangan kontak langsung bersalaman. Yakinlah Asia itu sudah berkembang jauh. Dari sisi produktivitasnya juga Asia kini dikenal," lanjut Hermawan.

Baca Juga: Sektor pariwisata terdampak virus corona, penjualan Diageo Indonesia ambles

Ia juga menanggapi pertanyaan peserta dari Malaysia yang melihat tren akuisisi. Ia menilai akusisi akan membesar. Namun itu pun harus melihat akuisisi seperti apa yang dilakukan.

Hermawan menyarankan untuk mengakuisisi perusahaan yang memiliki DNA dan visi yang sama dengan perusahaan induk.

Jangan sampai mengakuisisi perusahaan yang sedang sulit karena COVID-19 namun tak sejalan dengan DNA perusahaan. Ini kembali lagi ke kultur dan sosial, akuisisi harus didasarkan juga pada kesamaan kultur yang sejalan.

"Kalau sudah bicara kultur dan sosial, kita akan bicara lebih dari itu, yaitu humanity. Company yang menggunakan humanity-nya akan jauh lebih berkembang. Asia punya modal itu," tutup Hermawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×