Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai tren kenaikan belanja subsidi dan kompensasi pemerintah tiap tahunnya tidak lepas dari faktor eksternal maupun domestik.
Menurut Myrdal, salah satu penyebab utama adalah fluktuasi harga minyak dunia yang cenderung bergejolak setiap tahun.
“Harga minyak dunia kalau kita lihat setiap tahun pasti ada periode gejolaknya. Harga minyak sempat beberapa kali mengalami lonjakan, walaupun untuk tahun ini kenaikannya masih relatif moderat,” jelas Myrdal kepada Kontan, Selasa (30/9).
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 3,68% Sepanjang Januari-September 2025
Selain harga minyak, pergerakan nilai tukar rupiah juga menjadi faktor yang ikut membebani. Myrdal mengingatkan rupiah sempat mendekati Rp17.000 per dolar AS.
“Hal lainnya adalah peningkatan volume penggunaan bahan bakar minyak (BBM) akibat meningkatnya mobilitas masyarakat. Semakin tinggi mobilitas, terutama angkutan transportasi, pasti akan mengakibatkan porsi subsidi dan kompensasi naik,” tambahnya.
Tak hanya energi, sektor lain juga berkontribusi. Pemerintah pada Januari–Februari tahun ini memberikan diskon tarif dasar listrik sebesar 50% bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 2.400 kVa. Belanja subsidi juga terdorong oleh meningkatnya penggunaan LPG dan penyaluran pupuk bersubsidi, yang ditujukan mendukung program kemandirian pangan.
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp 16.665 per Dolar AS, Ini Faktor Pendorongnya
“Dari sisi aktivitas ekonomi kita sebenarnya juga tumbuh. Sehingga mau tidak mau pemerintah harus mengcover dengan subsidi dan kompensasi. Apalagi APBN itu berperan sebagai shock absorber, supaya masyarakat miskin tidak terkena dampak negatif kondisi global,” terang Myrdal.
Myrdal menekankan, peningkatan subsidi dan kompensasi juga menjadi bagian dari upaya pemerintah memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin. Ke depan, ia menilai pentingnya pemusatan data agar subsidi tepat sasaran, serta koordinasi erat antar-kementerian.
“Kalau kita lihat, trennya subsidi dan kompensasi pasti akan terus naik. Terlalu riskan jika pemerintah langsung mencabut subsidi yang sudah berjalan bertahun-tahun. Yang terpenting adalah membuatnya lebih efisien, misalnya dengan mendorong produktivitas penyediaan minyak dan gas nasional,” pungkasnya.
Selanjutnya: Cermati Strategi Mayora Indah (MYOR) Genjot Kinerja di 2025, Bagaimana Prospeknya?
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Rabu 1 Oktober 2025, Trobosan Baru!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News