Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) mempunyai pilihan kebijakan dalam mengarahkan ekonomi Indonesia. Apakah memilih untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang standar ataukah pertumbuhan ekonomi yang tinggi alias double digit.
Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Raden Pardede mengatakan pemerintahan baru mempunyai berbagai pilihan kebijakan ekonomi. Pertama, bisnis seperti biasanya dengan pertumbuhan 5% setiap tahun dan satu juta pekerjaan layak setiap tahunnya.
Kedua, mengintensifkan arah ekonomi berbasis konsumsi ataukah teknologi canggih. Ketiga, reformasi berani di mana pertumbuhan ekonomi bisa 10% dan lapangan kerja mencapai 4 juta per tahunnya.
Indonesia saat ini memiliki kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup masyarakatnya dengan memanfaatkan bonus demografi. Peluang untuk tumbuh sebesar 10% bisa terbuka apabila Indonesia memanfaatkan tenaga kerja usia muda untuk bekerja pada sektor formal.
China memiliki kapasitas ekspor US$ 1.500 miliar dolar dalam industri padat karya. Negeri tirai bambu tersebut saat ini sedang meninggalkan industri padat karya. "Rebut US$ 1.500 miliar ekspor padat karya yang akan ditinggalkan oleh China. Apakah 10% atau 20% pun sudah bagus," ujar Raden dalam acara peluncuran buku "Pilihan Ekonomi yang Dihadapi Presiden Baru" di Jakarta, Kamis (9/10).
Pemerintahan baru harus mentransformasikan perpindahan tenaga kerja dari pertanian informal ke manufaktur. Jika pemerintah mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan daya saingnya, maka Indonesia bisa mengambil alih 7% pasar China untuk ekspor padat karya selama lima tahun.
untuk bisa mengambil alih pasar China tentu harus ada tenaga kerja yang beralih dari sektor informal ke sektor formal berbasis manufaktur. Nah, bila itu terjadi maka akan ada tambahan US$ 110 miliar ke ekspor barang jadi dari total US$ 65 miliar pada tahun 2013. Meningkatkan ekspor barang jadi menjadi US$ 110 miliar tidaklah sulit.
Hal ini dikarenakan selama empat tahun terakhir ekspor China telah bertambah sebesar US$ 150 miliar per tahun, ekspor padat karya dari Tiongkok telah bertambah lebih dari US$ 70 miliar per tahun, dan perdagangan dunia untuk barang jadi telah meningkat sebesar US$ 250 miliar per tahun.
"Apakah kita mau terjebak dalam lembah yg indah dengan ekonomi cukup 5% atau harus mendaki dengan kerja keras menuju 10%? Di situlah pilihannya," tandas Raden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News