kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ekonomi lesu, ini usulan para pengusaha


Rabu, 26 Juli 2017 / 20:48 WIB
Ekonomi lesu, ini usulan para pengusaha


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2017 terhadap triwulan I-2016 tumbuh 5,01 (YoY) meningkat dibanding capaian triwulan I-2016 sebesar 4,92%.

Tak hanya itu, indikator positif lainnya seperti naiknya invesment grade Indonesia dari beberapa lembaga pemeringkat dunia memang terdengar seperti berita gembira untuk ekonomi makro Indonesia.

Namun hal ini seperti anomali ketika pada sektor riil nyatanya berbanding terbalik. Dari data yang dihimpun,tercatat beberapa indikator ekonomi bisa menjadi sinyal lesunya perekonomian di tanah air.

Diantaranya angka kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka kemiskinan yang meningkat dari 27,6 juta pada September 2016 menjadi 27,7 juta pada Maret 2017.

Tak hanya itu, pertumbuhan belanja selama Lebaran 2017 pada penjualan 75 produk yang paling dibutuhkan masyarakat hanya naik 3%.Hal ini seakan berbanding lurus dengan upah buruh riil yang juga menurun.

Penjualan properti dari perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sepanjang semester 1 2017 mengalami penurunan penjualan sekitar 15%-30%.

Hariyadi B Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan apa yang terjadi di Indonesia saat ini seperti anomali. Menurutnya, kondisi riil di Indonesia berbanding terbalik dengan indikator makro ekonomi yang saat ini sehat.

Ia melihat lesunya ekonomi dikarenakan lesunya daya beli masyarakat yang dipicu banyak hal. Dalam kondisi nyata saat ini ia bilang biaya produksi yang dikeluarkan pengusaha tak seimbang dengan daya beli masyarakat.

"Jadi saat ini pelaku usaha putar otak untuk melakukan pergerakan pasar,"ujarnya pada KONTAN, Rabu (26/7).

Untuk itu ia meminta pemerintah untuk tidak mengeluarkan kebijakan yang kontradiktif dari yang diperlukan pasar. Menurutnya sebaiknya kebijakan pemerintah ditujukan untuk meningkatkan pasar dan daya beli masyarakat.

Senada seirama, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia ( API) Ade Sudrajat mengatakan industri tekstil sudah merasakan lesunya ekonomi sejak tahun 2014. Namun melihat pemerintah menggenjot pertumbuhan infrastruktur ia berharap ada ekonomi kian membaik.

Namun ade berharap pemerintah bisa benar-benar mengimplementasikan kebijakan untuk kelancaran usaha yang sudah diterbitkan selama ini. Karena menurutnya masih banyak kebijakan yang belum direalisasikan.

"Bagaimana misalnya kebijakan menurunkan harga energi untuk industri yang belum teralisasikan,"kata Ade.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×