kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekonomi belum kembali normal, tren merger dan akuisisi bakal berlanjut


Rabu, 16 Desember 2020 / 21:13 WIB
Ekonomi belum kembali normal, tren merger dan akuisisi bakal berlanjut
ILUSTRASI. Tren merger dan akuisisi bakal berlanjut karena ekonomi belum kembali normal.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi merger dan akuisisi perusahaan masih marak akan terjadi tahun depan.  Pengamat pasar modal Teguh Hidayat mengatakan, dalam kondisi ekonomi seperti saat ini, aksi korporasi berupa merger atau akuisisi terasa urgensinya.

Sepanjang tahun ini, beberapa perusahaan tercatat melakukan akuisisi atau merger. Yang paling menyita perhatian adalah merger tiga bank BUMN syariah, yakni BNI Syariah, BRI Syariah dan Bank Syariah Mandiri menjadi Bank Syariah Indonesia (BRIS).

Lalu ada juga PT Garudafood Tbk (GOOD) yangmengakuisisi Prochiz. Terlintas pula kabar merger Gojek dan Grab Indonesia. Terbaru, Tokopedia dikabarkan bakal merger dengan Bridgetown Holdings Ltd, perusahaan investasi yang didukung miliarder Richard Li dan Peter Thiel.

"Intinya, dengan merger seperti yang dilakukan bank syariah BUMN misalnya, dapat meminimalisir kompetisi. Bahkan, kalau benar Grab dan Gojek akan merger, ini membuat mereka tidak perlu bersaing dan malah berkolaborasi," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Baca Juga: Akademisi: Tren merger dan konsolidasi marak hingga 2022

Tahun depan, Teguh melanjutkan, iklim perekonomian masih dalam mode pemulihan atau recovery. Dus, ia memperkirakan, aksi merger, konsolidasi hingga akuisisi masih akan terjadi di tahun 2021.

Perusahaan yang tidak mampu lagi bertahan, atau mengalami kesulitan bakal mencari peluang untuk merger atau akuisisi. "Saat ini, aksi korporasi merger dan konsolidasi terasa urgensinya," kata Teguh,

Namun, jika ekonomi cepat pulih, kebutuhan untuk melakukan penggabungan usaha atau merger maupun konsolidasi perusahaan akan berkurang.

Teguh sendiri melihta, walau ekonomi tahun depan akan membaik, namun belum bisa kembali seperti masa sebelum pandemi corona.

"Jadi, tahun 2021 akan lebih baik dari 2020 tetapi tidak lebih baik dari 2019. Kenapa? Karena tahun depan, protokol kesehatan masih berlaku dan banyak perusahaan belum bisa beroperasi secara normal seperti sebelum Covid-19. Beberapa sektor usaha masih merasakan dampak resesi ekonomi. Nah di sanalah kebutuhan untuk merger dan konsolidasi tetap ada," imbuh dia.

Selanjutnya: Tokopedia dan Bridgetown dikabarkan merger dengan nilai jumbo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×