kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom UOB: Bank Indonesia sebaiknya wait and see


Selasa, 18 Desember 2018 / 13:00 WIB
 Ekonom UOB: Bank Indonesia sebaiknya wait and see
ILUSTRASI. Enrico Tanuwidjaja, Ekonom UOB Indonesia


Reporter: Grace Olivia | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserves hampir dipastikan akan mengerek suku bunga acuannya lagi sebanyak 25 basis poin (bps) dalam pertemuannya pekan ini. Lantas, sepanjang 2018, The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 100 bps.

Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menilai, Bank Indonesia telah mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed tersebut pada November lalu. Namun, data neraca perdagangan Indonesia November yang dirilis kemarin mengalami defisit lebih dalam dari perkiraan, yakni US$ 2,05 miliar. "Sehingga ini sebenarnya bisa jadi salah satu pertimbangan BI menaikkan suku bunga lagi bulan ini," ujar Enrico kepada Kontan.co.id, Selasa (18/12).

Namun, Enrico menilai, BI sebaiknya mengambil sikap wait and see terlebih dahulu dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini. Menurutnya, BI lebih baik mengamati terlebih dahulu proyeksi kebijakan moneter The Fed dari hasil pertemuan FOMC pada Kamis (20/12) nanti.

Enrico memproyeksi, The Fed masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga di tahun 2019, namun lajunya akan melambat. "Sebelumnya kenaikan suku bunga The Fed kami proyeksi 3 kali, tapi sepertinya akan direvisi menjadi 2 kali saja tahun depan," lanjut dia.

Sementara, BI diproyeksi akan mengikuti langkah The Fed tahun depan. Menurut Enrico, BI akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali di semester-I 2019. "Kenaikan suku bunga BI di kuartal pertama nanti sudah akan meng-cover kenaikan suku bunga The Fed maupun pelebaran defisit neraca dagang Indonesia," ujar Enrico.

Disamping mengantisipasi pengetatan moneter bank sentral AS, Enrico mengatakan, BI juga harus mengawal kondisi likuiditas di pasar. Sebab, awal tahun, kegiatan bisnis akan mulai kencang dan kebutuhan kredit juga akan bertumbuh sehingga BI mesti memastikan likuiditas terjaga dalam kondisi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×