kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Ekonom: Tren Surplus Neraca Perdagangan RI Masih Bisa Berlanjut


Senin, 16 Oktober 2023 / 16:44 WIB
Ekonom: Tren Surplus Neraca Perdagangan RI Masih Bisa Berlanjut
ILUSTRASI. Aktifitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/6/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga September 2023, neraca perdagangan barang Indonesia masih mencetak surplus.  Dengan demikian, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, terjadi surplus neraca perdagangan selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, tren surplus neraca perdagangan mungkin terjadi selama beberapa waktu ke depan. 

"Setidaknya hingga akhir tahun 2023, belum terlihat tanda-tanda kemungkinan neraca perdagangan barang berbalik defisit," tutur David kepada Kontan.co.id, Senin (16/10). 

David bilang, ini seiring dengan kinerja ekspor yang akan tetap solid. Didorong oleh normalisasi harga komoditas yang masih landai. 

Baca Juga: BPS Belum Bisa Pastikan Penurunan Impor Sebagai Tanda Pelemahan Ekonomi

Kemudian dari sisi impor, ia melihat harga barang impor juga cenderung murah, sehingga pembengkakan nilai impor belum akan terjadi. 

David pun memperkirakan, neraca perdagangan barang masih akan terjadi di sepanjang tahun 2023. Meskipun, berpotensi menyusut dari tahun 2022. 

Dari perhitungannya, surplus neraca perdagangan barang akan berada di kisaran US$ 30 miliar hingga US$ 32 miliar. 

Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan capaian surplus neraca perdagangan barang di sepanjang tahun lalu yang mencapai US$ 54,46 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×