Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom di Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira sebut kinerja pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun 2023 ini berada di bawah kinerja ideal dan tidak lebih baik daripada sebelumnya.
Misalnya kinerja ekspor yang tumbuh melambat sebesar 5,4% dibanding kuartal IV 2022 dan perlu diwaspadai karena berpengaruh pada pertumbuhan sepanjang 2023.
Ia bilang tahun lalu ada bonanza komoditas yang disumbang dari Crude Palm Oil (CPO), batubara, dan barang lainnya. Namun, tahun ini seluruh pelaku usaha dan pemerintah harus mengantisipasi koreksi tajam harga komoditas ekspor.
“Kita perlu switch ke penguatan pasar domestik dan meningkatkan porsi ekspor manufaktur ke negara-negara alternatif,” ujar Bhima kepada Kontan, Jumat (5/5).
Baca Juga: IHSG Ambles 1,3% di Tengah Pengumuman Pertumbuhan Ekonomi 5,03%, Ini kata Analis
Pertumbuhan kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang sebesar 2,11% YoY juga dinilai cukup mengecewakan, karena jauh lebih rendah dibanding kuartal I 2022 yang sebesar 4,08%. Data ini berbanding terbalik dengan klaim realisasi investasi pemerintah yang naik pesat.
Prospek investasi bisa semakin melemah karena faktor global dari krisis-krisis yang terjadi di Amerika Serikat (AS), seperti krisis gagal bayar utang, krisis perbankan, dan ancaman resesi ekonomi.
Dari sisi lapangan usaha, pertambangan, konstruksi dan pertanian serta industri manufaktur mencatat kinerja buruk. Sektor pertanian turun tajam dan hanya mampu tumbuh 0,3% yoy, padahal tahun ini mulai menghadapi El-Nino yang berdampak ke produktivitas tanaman pangan hingga perikanan.
Bhima bilang agar pemerintah harus segera membenahi sektor pertanian dengan berbagai program, mulai dari penurunan biaya pupuk, logistik, hingga bantuan modal yang masif.
Sektor informasi komunikasi juga tumbuh melambat ke level 7,19% YoY dibanding 2022 yang sebesar 8,75%. Indikator pelemahan kinerja sektor ini jadi peringatan bagi ekosistem digital bahwa seluruh industri secara umum alami penyesuaian setelah sebelumnya mampu tumbuh tinggi saat pandemi.
Baca Juga: Ekonomi RI Kuartal I 2023 Tumbuh 5,03%, Ekonom Ini Nilai Underperformed
Selain itu, kinerja industri manufaktur tercatat konsisten alami deindustrialisasi dini dengan porsi menurun tajam menjadi 18,5% dari PDB, padahal kuartal I 2022 masih sebesar 19,2%. Porsi industri pengolahan yang turun sejalan dengan pertumbuhan yang rendah hanya sebesar 4,4% di bawah pertumbuhan ekonomi.
“Kondisi ini mengancam jutaan pekerja di sektor manufaktur khususnya sektor manufaktur yang terimbas pelemahan pasar ekspor,” tandas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News