kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ekonom sarankan genjot ekspor non komoditas


Rabu, 11 Juni 2014 / 17:11 WIB
Ekonom sarankan genjot ekspor non komoditas
ILUSTRASI. Manfaatkan Promo Traveloka Xperience dari Berbagai Bank, Pesan Sekarang!


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengaku nyaman dengan rupiah di level 11.300-11.800 untuk bisa menggenjot ekspor dan menahan impor. Rupiah pada kisaran tersebut dibutuhkan untuk menekan defisit transaksi berjalan.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual setuju rupiah perlu dijaga pada 11.300-11.800. Dirinya melihat fundamental rupiah berada pada 11.500-11.600. Dengan berada pada kisaran fundamental tersebut, rupiah cukup kompetitif bila dibanding dengan negara-negara pesaing dagang lainnya.

Hal utama yang perlu dilakukan dengan rupiah adalah menggenjot ekspor non komoditas. Pasalnya ekspor komoditas masih saja lemah. Jadi, barang non komoditas seperti produk manufaktur yang perlu didongkrak. Dengan level fundamental rupiah tersebut akan efektif untuk menggenjot ekspor.

Untuk impor, meskipun rupiah melemah namun tetap saja impor dilakukan. Impor sulit diturunkan karena semua produk Indonesia rata-rata diimpor. "Seperti minyak. Mau harga berapapun, rupiah melemah pun kita tetap impor minyak," tandas David.

Maka dari itu, mengenai defisit transaksi berjalan dirinya mengakui ada potensi defisit bisa melonjak di atas 3% dari PDB di akhir tahun 2014. Kepala Ekonom BII Juniman sependapat dengan BI bahwa rupiah yang baik berada pada 11.300-11.800.

Namun, meskipun rupiah sudah melemah pada kisaran tersebut impor tetap saja masih akan tinggi. Hal ini dikarenakan adanya musim lebaran, pemilihan umum serta tahun ajaran baru yang menyebabkan impor non migas akan tinggi.

Karena itu, untuk menekan laju impor BI memang masih perlu mempertahankan kebijakan moneter ketatnya hingga akhir tahun agar defisit transaksi berjalan benar-benar mengempis. "Kalau pertumbuhan tinggi, akan pengaruhi defisit kita," tukasnya.

Adapun Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswasra mengatakan salah satu indikator kurs rupiah yang baik disarankan memakai indeks nilai tukar rupiah riil efektif alias Real Effective Exchange Rate (REER). Mudahnya, kalau nilai REER di atas 100 berarti rupiah over value. Over value artinya importir akan senang karena rupiah murah, sebaliknya eksportir tidak senang karena rupiah mahal.

BI sekarang ini mempunyai target mengurangi impor dan meningkatkan eskpor, sehingga akan lebih baik indeks REER-nya di bawah 100. Saat ini, nilai REER Indonesia sekitar 92-93 dan di bawah level 100. Level rupiah di bawah 100 adalah level 11.300-11.800.

"Makanya BI bilang level 11.300-11.800 adalah level yang memberikan insentif bagi eskportir tetapi juga dapat mengurangi impor yang tidak perlu," ujar Mirza, Rabu (11/6).
Untuk tahun ini, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun akan sebesar US$ 25 miliar atau lebih rendah dibanding tahun lalu yang totalnya mencapai US$ 29 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×