Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi pada Januari 2023 diperkirakan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution meramal inflasi pada Januari 2023 akan mencapai 0,39% secara bulanan. Sementara, inflasi tahunan berada pada angka 5,34%, atau sedikit lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 5,51% year on year (YoY).
Damhuri mengatakan ada beberapa faktor yang mendorong penurunan inflasi pada bulan Januari 2023. Pertama, disebabkan oleh mulai menurunnya harga sejumlah kebutuhan pokok atau menurunnya kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok menyusul berakhirnya perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan libur akhir tahun serta perayaan tahun baru sehingga permintaan mulai menurun.
"Berakhirnya perayaan HBKN dan perayaan tahun baru juga menyebabkan menurunnya permintaan terhadap jasa transportasi," ujar Damhuri kepada Kontan.co.id, Minggu (29/1).
Baca Juga: Kenaikan Harga Beras Mengangkat Inflasi Januari 2023
Apalagi dengan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi seperti Pertamax, Dexlite dan Pertamina Dex sekitar 8% - 11% akan semakin menekan harga kelompok pengeluaran transportasi.
Hanya saja, Damhuri melihat, kenaikan harga emas akan menyebabkan adanya kenaikan tekanan inflasi kelompok pengeluaran personal care and other services. Disamping itu, meningkatnya aktivitas perekonomian yang diikuti daya beli masyarakat yang semakin pulih menyebabkan kelompok pengeluaran lainnya juga mengalami inflasi, namun masih relatif rendah.
Untuk itu, Damhuri meramal, tahun ini inflasi diramal akan berada pada kisaran 3,5% hingga 4% YoY. Dengan inflasi yang relatif terkendali, menurutnya, daya beli masyarakat tetap terjaga dan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.
Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky meramal, inflasi pada Januari 2023 akan berada pada kisaran 0,40% hingga 0,50% secara bulanan. Sementara secara tahunan, inflasi Januari 2023 akan berada pada level 5,34% hingga 5,45%.
"Ini turun akibat sudah lewatnya momentum siklikal Nataru serta penurunan harga pertamax dan tarif pesawat," kata Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News