Reporter: Venny Suryanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memprediksi aliran modal investasi portofolio di tahun 2021 akan lebih positif dan lebih baik dibandingkan 2020.
Ekonom Core Indonesia Piter Abdullah mengatakan aliran investasi yang lebih baik ini disebabkan karena tiga hal utama yakni likuiditas global yang mulai berlimpah, return yang diperkirakan cukup tinggi, serta risiko yang terbatas.
“Aliran modal masuk portfolio tahun depan diperkirakan masih akan baik. Ini karena faktor pendorongnya adalah likuiditas global yang berlimpah, return yang diperkirakan cukup tinggi dan risiko yang terbatas,” kata Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (29/12).
Lebih lanjut, Piter mengatakan meskipun suku bunga acuan yang rendah di level 3,75%, namun ia yakin bahwa yield yang ditawarkan oleh obligasi pemerintah masih cukup tinggi dibandingkan yield yang ditawarkan negara-negara lain. Sehingga instrumen investasi di Indonesia masih akan menarik bagi para investor.
Di sisi lain risiko nilai tukar diperkirakan tidak akan lebih besar. Ini disebabkan karena volatility rupiah diyakini tidak tinggi.
Baca Juga: Kebijakan moneter longgar memompa likuiditas dan mengangkat obligasi
“Rupiah berpeluang stabil cenderung menguat di tengah likuiditas global yang ample. Proyeksi rupiah diperkirakan akan menguat di kisaran Rp 13.500 sampai Rp 13.750 per dolar AS dengan asumsi pandemi Covid-19 bisa cepat berakhir di kuartal III-2021,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia juga memperkirakan bahwa ekspor Indonesia akan melanjutkan tren perbaikan apabila pandemi dapat usai di kuartal 3 tahun depan. Hal ini disebabkan adanya peningkatan permintaan dan kenaikan harga komoditas.
Sementara, impor juga akan mengalami pemulihan dan diperkirakan akan melaju pesat di tahun 2021. Piter mengatakan proyeksi tersebut karena didorong oleh faktor ketergantungan industri Indonesia yang akan menambah bahan baku dan barang modal impor.
“Namun demikian surplus neraca perdagangan yang cukup tinggi pada tahun ini akan menurun di 2021 karena mulai pulihnya impor,” tutupnya.
Selanjutnya: Investor asing melepas kepemilikan di saham defensif, ini sebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News