Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom memproyeksikan inflasi pada Juni akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, mencapai level 2,93%.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, mengatakan bahwa inflasi pada Juni didorong oleh faktor musiman seperti libur Idul Adha dan libur sekolah yang berpotensi meningkatkan permintaan.
"Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah sudah relatif terlihat pada neraca perdagangan meski dampaknya terhadap inflasi masih cukup terbatas. Ke depan, potensi pelemahan nilai tukar rupiah masih perlu terus diwaspadai," kata Banjaran kepada Kontan, Sabtu (29/6).
Selain itu, Banjaran juga menyoroti beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebagai pendorong inflasi. Pertama, kenaikan harga komoditas impor atau inflasi yang disebabkan oleh disrupsi rantai pasok akibat konflik geopolitik.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Lanjut Menguat, Simak Proyeksinya untuk Senin (1/7)
Kedua, perubahan iklim dan fenomena La Nina yang berisiko meningkatkan harga pangan.
"Di akhir tahun 2024, kami prakirakan inflasi akan berada di kisaran 2,5%," tambahnya.
Sebagai tambahan informasi, pada Mei lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi sebesar 0,03% secara bulanan (month on month/MoM).
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024.
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap yang Masih Cuan Andalkan Obligasi Korporasi
Amalia menyampaikan inflasi Indonesia atau IHK sebesar 2,84% pada Mei 2024 secara tahunan. Sedangkan inflasi tahun kalender (Mei 2024 terhadap Desember 2023) tercatat sebesar 1,16%.
"Deflasi bulan Mei 2024 ini merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi di bulan Agustus 2023," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News