Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Neraca dagang pada bulan Juli disinyalir akan surplus meskipun tipis. Sebelumnya pada bulan Juni, neraca dagang mengalami defisit US$ 305,1 juta.
Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN akhir pekan lalu mengisyaratkan aktivitas impor menurun pada bulan Juni sehingga bisa mengalami surplus. Ekonom Mandiri Destry Damayanti meramal, neraca dagang Juli bakal surplus US$ 10 juta.
Nah, kegiatan impor juga diperkirakan kembali turun di bulan Juli karena banyak libur dan perayaan Lebaran, serta hari kerja relatif lebih sedikit..
Di sisi lain impor pun masih dalam tren penurunan. Pada bulan Juli saja, Destry memperkirakan impor turun 12,8%. Ini karena data pertumbuhan investasi mengalami perlambatan. "Penurunan impor lebih ke barang modal," ujar Destry.
Pertumbuhan investasi triwulan II-2014 dibanding triwulan II-2013 hanya 16,4%. Padahal pertumbuhan investasi triwulan I- 2013 dibanding triwulan I- 2012 berhasil menembus angka 29,8%. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi triwulan II-2014 sebesar Rp 116,2 triliun, triwulan II-2013 sebesar Rp 99,8 triliun, dan triwulan II-2012 sebesar Rp 76,9 triliun.
Kepala Ekonom BII Juniman menilai kinerja ekspor pada bulan Juli akan menurun. Dirinya memperkirakan ekspor pada bulan Juli berada pada kisaran US$ 14,87 miliar atau turun 3,57% dibanding bulan Juni yang sebesar US$ 15,42 miliar.
Penurunan pada ekspor ini diakibatkan perekonomian global serta harga komoditas yang belum membaik. Mendatang, Juniman memperkirakan, akan ada perbaikan neraca dagang bulan Agustus hingga seterusnya lantaran ada kenaikan kinerja ekspor.
Perbaikan tersebut berasal dari ekspor konsentrat yang mulai terjadi pada bulan Agustus. Agustus sendiri, Juniman perkirakan akan terjadi surplus neraca dagang sebesar US$ 200 juta. Untuk bulan Juli sendiri, dirinya perkirakan akan terjadi surplus tipis sekitar US$ 70 juta.
Ekspor menurun namun impor mengalami penurunan yang lebih dalam yaitu sebesar 5,85% menjadi US$ 14,8 miliar dari bulan Juni yang sebesar US$ 15,72 miliar.
Berbeda dengan yang lain, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual perkirakan neraca dagang Juli akan mengalami defisit sebesar US$ 440 juta. Menurut David, impor pada bulan Juli masih kuat karena ada faktor lebaran terutama impor migas.
Sedangkan dari sisi ekspor sendiri belum mengalami penguatan. "Ekspor non migas masih lemah," tandasnya. Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, batu bara serta karet mengalami pelemahan pada bulan Juli.
Harapan ekspor bisa membaik ke depannya berasal dari ekspor konsentrat. Adapun Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo sendiri memperkirakan neraca dagang pada bulan Juli akan mengalami sedikit surplus. Data neraca dagang Juli ini sendiri akan diumumkan oleh BPS besok (1/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News