Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, bila ada pergerakan di bursa maka nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan merosot. Salah satu problem yang menyebabkan hal ini adalah transaksi berjalan atau current account Indonesia yang masih mencatatkan defisit.
Artinya, apabila impor lebih besar dari ekspor, sulit bagi rupiah untuk menguat. Oleh karena itu, pemerintah kini fokus untuk memacu ekspor dengan rencana mendukung pembiayaan ekspor ke negara tertentu melalui kredit berbunga rendah.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan, untuk mendorong ekspor, stimulus perlu diberikan. Hal itu dapat dilakukan dalam bentuk pemberian subsidi kredit. Di luar negeri, menurut David, ada kredit ekspor yang ditunjang oleh negara.
“Biasanya ekspor dibiayai bank-bank di luar negeri. Produk unggulan kita juga harus didukung bank-bank pemerintah. Ini momentum yang tepat untuk kembali mendorong itu,” kata David kepada Kontan.co.id, Kamis (5/7).
Indonesia memiliki Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank. Dengan lembaga ini, pemerintah tinggal membuat regulasinya saja untuk mendorong pembiayaan berbunga rendah.
“Ini perlu peran pemerintah termasuk dari Kementerian Keuangan. Ekspor apa yang diberikan subsidi bunga, sub sektor, syarat dan ketentuannya, serta negaranya, perlu guidance untuk ini,” ucapnya.
Wakil Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, ide ini merupakan inisiatif yang sangat baik dari pemerintah.
Menurut Shinta, financing bunga rendah dibutuhkan terutama untuk usaha mikro dan kecil (UMKM), sektor makanan dan minuman, dan sektor kerajinan. “Tentunya sangat baik,” ucapnya.
Perlu dipetakan produk unggulan Indonesia yang bisa diekspor. Saat ini produk Indonesia secara general yang diprioritaskan untuk ekspor contohnya minyak sawit, tekstil, dan alas kaki.
Namun demikian, Shinta mengatakan bahwa pembiayaan bukan satu-satunya masalah dalam hal ekspor. Menurut dia, perlu juga dukungan pengembangan produk dan promosi untuk penetrasi pasar.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa National Interest Account (NIA) untuk ekspor ini setidaknya dapat mengkompensasi lonjakan impor yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. “Ini untuk membantu para eksportir kita dengan pembiayaan untuk menerobos pasar ekspor yang baru,” katanya.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adrianto mengatakan, untuk mendukung pembiayaan ekspor ke negara, semisal Afrika, pemerintah dapat mendukung perusahaan yang melakukan ekspor tersebut melalui kredit ekspor berbunga rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News