kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Ekonom: Kenaikan suku bunga acuan harus diirit-irit


Jumat, 29 Juni 2018 / 09:34 WIB
Ekonom: Kenaikan suku bunga acuan harus diirit-irit


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus, Patricius Dewo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dimulai Kamis (28/6) diharapkan menghasilkan sejumlah kebijakan moneter yang bisa meredam pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Kebijakan yang diputuskan dalam RDG itu akan diumumkan Jumat (29/6).

Salah satu kebijakan yang ditunggu-tunggu adalah rencana otoritas moneter untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR). Para ekonom yang dihubungi KONTAN yakin, BI akan menaikkan suku bunga untuk memperketat kebijakan moneter demi stabilitas pasar keuangan.

Namun para ekonom berharap, BI mengirit kenaikan suku bunga acuan alias tak terlalu besar menaikkan suku bunga acuannya agar tidak berefek negatif terhadap ekonomi. Harapan itu muncul di tengah kekhawatiran makin dalamnya pelemahan rupiah terhadap dollar AS.

Dari lima ekonom yang dihubungi KONTAN, semuanya sepakat jika BI hanya perlu menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) dari 4,75% pada saat ini menjadi 5%. Kenaikan suku bunga acuan 0,25% dinilai sebagai bukti bahwa BI memiliki kepedulian menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"BI harus memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan, karena kurs rupiah melemah, defisit transaksi berjalan juga akan melebar," ujar Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, Kamis (28/6).

Bila BI menaikkan suku bunga lebih dari 25 bps, maka menimbulkan kesan panik. "Kenaikkan 25 bps cukup untuk menunjukkan bahwa BI memantau kondisi global dan menyesuaikan kebijakan. Kalau lebih besar malah berkesan panik dan ada masalah besar," ujar Berly Martawardaya, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia.

Menurut Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra, kenaikan suku bunga 25 bps sudah pas karena menunjukkan BI mampu mengantisipasi sebelum terjadi kenaikan suku bunga The Fed.

Bahkan jika kemudian BI menaikkan suku bunga acuan lebih dari 25 bps, efek kaget ke ekonomi lebih besar. "Pertumbuhan ekonomi bisa terganggu," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.

Efek negatif akan muncul karena perbankan akan merespon kenaikan bunga acuan. Suku bunga kredit naik, ekonomi sulit melaju.

Sinyal kenaikan suku bunga acuan BI7DRRR sebelumnya juga dikatakan oleh Gubernur BI Perrry Warjiyo pada awal pekan lalu. Namun sinyal itu tak mampu menghambat pelemahan rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×