Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pertumbuhan Indonesia melambat. Ekspor tidak bisa diharapkan untuk menopang pertumbuhan. Maka dari itu, investasi yang harus menjadi andalan.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat struktur ekonomi Indonesia 60%-65% didorong oleh konsumsi dalam negeri. Ekspor memberikan kontribusi sekitar 23% terhadap pertumbuhan.
Konsumsi rumah tangga Indonesia masih relatif kuat. Yang menjadi permasalahan adalah struktur ekspor Indonesia yang didominasi oleh komoditas. Dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat saat ini, terutama China, laju ekonomi Indonesia terimbas.
Yang harus dilakukan untuk menyelamatkan pertumbuhan adalah mendorong investasi. Pemerintah harus memperbaiki iklim investasi. Meskipun BI memperkirakan setiap 1% perlambatan China akan berimbas 0,5% terhadap ekonomi Indonesia, hal itu tergantung dari simulasi yang dilakukan pemerintah.
"Dana penghematan dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa digunakan untuk infrastruktur," ujar David ketika dihubungi KONTAN, Jumat (31/10). Kalau infrastruktur dibangun maka dampaknya sangat besar terhadap pertumbuhan.
Untuk tahun depan, David perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berat mencapai 5,8% sesuai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015. Dirinya perkirakan ekonomi tahun depan hanya sebesar 5%-5,5% dengan kecenderungan batas bawah. Namun, apabila pemerintah bisa melakukan reformasi struktural dengan menaikkan harga BBM dan mengalokasikannya ke infrastruktur dan memperbaiki iklim investasi, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News