kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.324   50,00   0,31%
  • IDX 7.906   -21,15   -0,27%
  • KOMPAS100 1.110   -3,68   -0,33%
  • LQ45 818   -11,31   -1,36%
  • ISSI 266   0,54   0,20%
  • IDX30 424   -4,89   -1,14%
  • IDXHIDIV20 492   -5,66   -1,14%
  • IDX80 123   -1,56   -1,25%
  • IDXV30 132   -0,72   -0,54%
  • IDXQ30 137   -1,77   -1,27%

Ekonom: Indonesia harus andalkan investasi


Minggu, 02 November 2014 / 12:37 WIB
Ekonom: Indonesia harus andalkan investasi
ILUSTRASI. Bagi penderita asam urat, Anda harus memperhatikan makanan yang Anda konsumsi.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pertumbuhan Indonesia melambat. Ekspor tidak bisa diharapkan untuk menopang pertumbuhan. Maka dari itu, investasi yang harus menjadi andalan.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat struktur ekonomi Indonesia 60%-65% didorong oleh konsumsi dalam negeri. Ekspor memberikan kontribusi sekitar 23% terhadap pertumbuhan.

Konsumsi rumah tangga Indonesia masih relatif kuat. Yang menjadi permasalahan adalah struktur ekspor Indonesia yang didominasi oleh komoditas. Dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat saat ini, terutama China, laju ekonomi Indonesia terimbas.

Yang harus dilakukan untuk menyelamatkan pertumbuhan adalah mendorong investasi. Pemerintah harus memperbaiki iklim investasi. Meskipun BI memperkirakan setiap 1% perlambatan China akan berimbas 0,5% terhadap ekonomi Indonesia, hal itu tergantung dari simulasi yang dilakukan pemerintah.

"Dana penghematan dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa digunakan untuk infrastruktur," ujar David ketika dihubungi KONTAN, Jumat (31/10). Kalau infrastruktur dibangun maka dampaknya sangat besar terhadap pertumbuhan.

Untuk tahun depan, David perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berat mencapai 5,8% sesuai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015. Dirinya perkirakan ekonomi tahun depan hanya sebesar 5%-5,5% dengan kecenderungan batas bawah. Namun, apabila pemerintah bisa melakukan reformasi struktural dengan menaikkan harga BBM dan mengalokasikannya ke infrastruktur dan memperbaiki iklim investasi, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×