Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernyataan Bank Dunia yang membesarkan hati Indonesia, bahwa Indonesia memiliki peluang menggantikan posisi ekspor China ke Amerika Serikat, dinilai hanya mimpi.
Feri Latuhihin, Kepala Ekonom Star Mercato Capitale menilai, pernyataan Bank Dunia hanya dari 'helicopter view' tanpa melihat soal terdalam yang dialami Tanah Air.
"Produktivitas kita rendah. Tidak bisa, China itu gila," ungkap Feri Latuhihin usai menghadiri seminar nasional yang diadakan oleh Kwik Kian Gie, Rabu (14/11).
Kegilaan China, dijelaskan Feri, dari pertumbuhan ekonomi yang pesat mengejar negara maju. Pada kuartal III-2018 tercatat pertumbuhan ekonomi negara panda ini capai 6,5%.
"Gilanya China bisa sepuluh tahun tumbuh 10%. Cuma China yang mampu. China revolusi di tahun 80-an awal, enggan ada negara segila China," jelasnya.
Feri juga jelaskan, China melakukan diversifikasi produk, dengan banyak negara pendukung seperti Brasil dan Chili bahkan Indonesia memberikan raw material. Sedangkan Indonesia selama ini menurutnya tak melakukan diversifikasi produk.
"China itu bukan you make more product, tapi diversifikasi makanya dia berkelanjutan. Setiap hari mungkin 100 items, kita enggak pernah terjadi," tambahnya.
Langkah yang perlu dipersiapkan Indonesia masih sangat jauh. Selain masalah deindustrialisasi, ada tambahan aspek lain yang belum siap seperti birokrasi dan infrastruktur.
Menurutnya Indonesia terlambat dalam pembangunan infrastruktur. Tak hanya itu, investor pun tak akan tertarik dengan Indonesia dengan birokrasi yang berbelit-belit.
"Birokrasi rampingkan. Deregulasi perlu untuk mempermudah masuknya investasi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
