kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Efektivitas ekspansi likuiditas terhalang akibat Covid-19


Jumat, 18 Juni 2021 / 19:13 WIB
Ekonom: Efektivitas ekspansi likuiditas terhalang akibat Covid-19
ILUSTRASI. Ekspansi likuiditas. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berupaya untuk menciptakan kondisi likuiditas yang tetap longgar dengan kebijakan moneter yang akomodatif dan sinergi dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional. 

Hal ini dilakukan BI dengan melakukan likuiditas ke perbankan atau quantitative easing (QE) di perbankan juga dengan melanjutkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana. 

Sayangnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ekspansi likuiditas yang dilakukan bank sentral masih belum optimal mendorong pertumbuhan ekonomi. 

“Ini di tengah kecepatan perputaran uang di ekonomi (velositas) yang menurun, seiring belum kuatnya permintaan domestik,” ujar Perry, Kamis (17/6) via video conference. 

Namun, dengan pelonggaran-pelonggaran yang sudah dilakukan oleh bank sentral, Perry optimistis likuiditas sektor keuangan lebih dari cukup.

Baca Juga: Penyaluran kredit perbankan hingga Mei 2021 menunjukkan perbaikan

Hal ini tercermin dalam uang beredar dalam arti sempit (M1) yamg tumbuh 12,6% yoy dan uang beredar dalam arti luas (M2) yang tumbuh 8,1% yoy. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, masih kurang efektivitas ekspansi likuiditas ini berkaitan dengan masih adanya pandemi di Indonesia yang berujung pada pengetatan PPKM. 

“PPKM ini jelas akan membatasi mobilitas masyarakat yang berkaitan erat dengan perputaran uang. Jadi, isu utama bagi pemulihan ekonomi adalah masih terkait pandemi,” ujar Faisal. 

Kemudian, Faisal menyarankan hal yang bisa membuat injeksi likuiditas menjadi lebih efektif adalah dengan penanganan pandemi dan proses vaksinasi yang semakin masif. Karena kedua hal tersebut masih menjadi kunci utama pemulihan ekonomi. 

Bila akhirnya pemerintah berhasil menurunkan lagi kasus harian dengan cepat, maka seharusnya di paruh kedua tahun ini atau di kuartal IV-2021, injeksi likuiditas baru bisa mulai optimal. 

Namun, kalau masih tidak bisa mengentaskan pandemi, maka injeksi likuiditas baru bisa optimal di tahun depan. 

“Makanya, risiko masih sekitar pandemi Covid-19 terutama kenaikan kasus,” tandasnya.

Selanjutnya: Bank Indonesia (BI) diprediksi bakal mengerek suku bunga acuan pada 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×