Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2020, pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi di tahun depan berkisar 5,3% hingga 5,6%. Pertumbuhan ekonomi tersebut meningkat dari target yang ditetapkan dalam APBN 2019, dimana pertumbuhan ekonomi tahun ini ditargetkan tumbuh 5,3%.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah menilai, asumsi pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,3% hingga 5,6% tersebut masih terlalu kecil. Menurut Pieter, pemerintah seperti tidak memiliki upaya ekstra untuk memacu pertumbuhan di atas 5,6%.
"Peningkatan pertumbuhan sangat linier. Naik secara perlahan. Kita memerlukan lompatan pertumbuhan. Kita berharap pemerintahan Jokowi di term 2 tidak lagi menaruh target hanya tumbuh di kisaran 5%, tetapi lebih dari itu," ujar Pieter kepada Kontan.co.id, Selasa (23/4).
Menurut Pieter, untuk membuat pertumbuhan ekonomi di atas 6% maka dibutuhkan program dan kebijakan yang tepat. Pieter mengakui, memang saat ini perekonomian dunia tengah melambat, tetapi dia pun berpendapat permintaan dari domestik masih tinggi.
"Apalagi fondasinya sudah kuat, infrastruktur sudah ada, kita bisa memanfaatkan itu," jelas Pieter.
Lebih lanjut Pieter mengatakan, untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih dari 6%, maka konsumsi pun tak bisa di hanya di kisaran 5%, tetapi harus didorong tumbuh menjadi 6%, dan pertumbuhan investasi harus berada di kirasan 8% hingga 10%.
Menurutnya, untuk mendorong konsumsi dan investasi tersebut pemerintah bisa ambil bagian dengan melakukan koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal.
Dalam asumsi ekonomi makro untuk 2020, pemerintah pun mengasumsikan inflasi di tahun mendatang sebesar 2% hingga 4%. Lalu nilai tukar sebesar Rp 14.000 hingga Rp 15.000 per dollar AS.
Sementara suku bunga SPN diasumsikan sebesar 5% hingga 5,3%, dan harga minyak sebesar US$ 60 hingga US$ 70 per barel dan lifting minyak dan gas masih di kisaran angka yang ada saat ini.
Menurut Pieter, asumsi-asumsi tersebut masih realistis dan didasarkan atas kondisi saat ini. "Asumsi itu adalah kondisi yang akan dihadapi. Yang paling penting adalah dengan kondisi tersebut, kita mau melakukan apa?" kata Pieter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News