Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menyusun asumsi ekonomi makro sebagai dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2020.
Dalam asumsi ekonomi makro tersebut, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 akan berkisar 5,3%-5,6%, meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi di tahun ini yang dalam asumsi ekonomi makro APBN 2019 ditetapkan sebesar 5,3%.
Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi di tahun mendatang ditargetkan 2%-4%, nilai tukar sebesar Rp 14.000-Rp 15.000 per dollar AS, suku bunga SPN sebesar 5%-5,3%, dan harga minyak sebesar US$ 60-US$ 70 per barel.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai beberapa asumsi makro yang ditetapkan oleh pemerintah memang sesuai dengan perekonomian global yang tengah melambat.
Meski begitu, menurutnya pertumbuhan ekonomi yang dipatok sebesar 5,6% di tahun depan masih sulit untuk dicapai.
"Saya tidak seoptimistis itu dengan asumsi ini. The Fed juga memprediksi perekonomian Amerika Serikat Melambat, belum resesi, tetapi itu akan berpengaruh pada Indonesia. Ekspor kita juga tidak cukup membantu," ujar Lana kepada Kontan.co.id, Selasa (23/4).
Menurut Lana, melihat ekspor yang belum akan menunjukkan perbaikan di tahun mendatang, maka untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga serta investasi akan menjadi faktor penentu.
Sementara, Lana berpendapat, pertumbuhan konsumsi sudah mencapai puncak di kisaran 5%, meski pemerintah menargetkan pertumbuhan konsumsi bisa mencapai 5,2% tahun mendatang. "Untuk mencapai 5,2% sulit. Konsumsi sudah mentok di 5%, akan sulit naik di angka itu," tutur Lana.
Agar target pertumbuhan ekonomi tersebut bisa tercapai, Lana bilang investasi harus terus ditingkatkan. Tak cukup dengan memberikan insentif, tetapi pemerintah disarankan melakukan berbagai upaya ekstra.
"Kita juga harus menjemput bola, perusahaan mana yang kita inginkan berinvestasi di Indonesia. Karena mereka juga memiliki banyak pilihan," terang Lana.
Sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan bisa mencapai 5,6%, pemerintah berharap investasi di tahun mendatang bisa tumbuh mendekati 7,5%.
Sementara itu terkait dengan kinerja ekspor, Lana memperkirakan ekspor Indonesia belum akan mengalami perbaikan.
Dia memang memperkirakan perang dagang antara Amerika Serikat dan China akan mulai mereda, tetapi harga komoditas yang masih melemah menjadi penyebab kinerja ekspor tak cemerlang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News