kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: BBM tak naik, postur APBN tak sehat


Jumat, 30 Maret 2012 / 18:39 WIB
Ekonom: BBM tak naik, postur APBN tak sehat
ILUSTRASI. Produk PT Soho Global Health Tbk (SOHO)


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Edy Can


JAKARTA. Postur rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2012 terancam berubah bila DPR menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Para ekonom melihat ada potensi defisit anggaran membengkak bila harga BBM bersubsidi tidak naik.

Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam menyatakan, defisit anggaran akan berada di bawah 3%. "Inflasi pasti akan berkurang menjadi 6%-6,5%," katanya saat dihubungi KONTAN, Jumat (30/3).

Bukan hanya itu, Latif melihat postur APBN akan menjadi tidak sehat dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, besarnya belanja subsidi energi yang melebihi pagu belanja modal dan infrastruktur akan membuat ekonomi tidak bergerak dengan baik.

Apalagi, lanjutnya, sumbangan pertumbuhan ekonomi dari faktor lainnya seperti ekspor akan melemah karena situasi ekonomi dunia yang belum pulih. "Memang secara fiskal kita masih kuat tetapi posturnya itu menjadi tidak sehat sekali," katanya.

Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih juga setali tiga uang. Dia memperkirakan, postur subsidi energi yang gendut itu tidak bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. "Fiskal tidak maksimal mendorong ekonomi karena postur seperti itu," katanya.

Lana bilang, pemerintah masih bisa menjaga defisit di kisaran 2,3% meski subsidi energi membengkak. Dia bilang, pemerintah bisa menarik utang baru untuk menambal defisit tersebut.

Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Markus Mekeng mengatakan, pemerintah bisa mengajukan hitungan dalam opsi dua dengan subsidi energi sebesar Rp 266,7 triliun bila usulan kenaikan BBM subsidi tidak disetujui. Dalam opsi tersebut, alokasi belanja akan berubah karena dana kompensasi kenaikan subsidi BBM yang sebesar Rp 30,6 triliun akan masuk ke pos subsidi energi.

Dana optimalisasi netto yang sebesar Rp 13,6 triliun akan dihapus. "Kalau tidak jadi naik posturnya ya bisa disepakati defisit lebih lebar," katanya. Namun, Mekeng bilang tidak ada perubahan dalam asumsi makro seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×