kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Permata memprediksi BI akan tahan suku bunga acuan di level 4%


Rabu, 16 September 2020 / 17:34 WIB
Ekonom Bank Permata memprediksi BI akan tahan suku bunga acuan di level 4%
ILUSTRASI. A man walks past Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, September 2, 2020. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuan di level 4% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan September 2020 ini.

Menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, langkah bank sentral dalam mempertahankan suku bunga acuan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seiring dengan perkembangan yang terjadi beberapa waktu terakhir.

Pertama, perkembangan volatilitas nilai tukar rupiah yang akhir-akhir ini meningkat. Ini juga terindikasi dari one-month implied volatility September yang meningkat menjadi 11,0%. Padahal di bulan Agustus, ini tercatat di kisaran 10,7%.

“Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka BI cenderung akan mempertahankan suku bunganya agar nilai tukar rupiah tetap stabil di jangka pendek,” tegas Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (16/9).

Baca Juga: Lebih dari dua juta nasabah Pegadaian dapat keringanan program gadai tanpa bunga

Kedua, adanya komitmen BI dalam RDG bulan Agustus 2020 lalu, terkait prioritas bank sentral untuk mengedepankan kebijakan quantitative easing (QE) dalam rangka mendukung pemulihan perekonomian Indonesia.

Meski begitu, Josua masih melihat kalau ruang penurunan suku bunga acuan BI masih ada walau terbatas. Ini didorong oleh tingkat inflasi yang rendah, seiring dengan inflasi Agustus 2020 yang tercatat 1,32% yoy atau di bawah batas bawah target sasaran BI yang sebesar 2%.

“Rendahnya inflasi ini mengindikasikan masih lemahnya permintaan dan daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19,” tambah Josua.

Selain dari sisi inflasi, ruang bagi penurunan suku bunga acuan yang masih ada juga disebabkan oleh perkiraan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang akan menyempit signifikan di kuartal III-2020 akibat neraca dagang yang membukukan surplus tinggi.

Seperti yang kita tahu, surplus di dua bulan awal kuartal III-2020 tercatat sebesar US$ 5,56 miliar, alias jauh lebih tinggi dibandingkan dengan surplus neraca dagang pada kuartal I-2020 yang sebesar US$ 2,6 miliar dan kuartal II-2020 yang surplus US$ 2,9 miliar.

Baca Juga: Ekonom Bank Danamon prediksi BI tahan suku bunga acuan di level 4%

Namun, surplus ini juga bukan merupakan sebuah indikasi perbaikan. Pasalnya, kenaikan surplus dipengaruhi oleh laju penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan dengan laju penurunan ekspor, sebagai indikasi kalau adanya perlambatan aktivitas ekonomi akibat masih lemahnya permintaan dalam negeri.

Untuk itu, ke depannya Josua meramal kalau BI akan cenderung terus melanjutkan kebijakan ke depan baik dari sisi suku bunga, maupun non suku bunga. Namun, dalam jangka pendek ini BI akan lebih getol dalam memberikan stimulus lewat kebijakan non suku bunga.

“BI mungkin akan memberikan stimulus melalui kebijakan non suku bunga untuk sementara waktu, seiring dengan masih adanya tekanan kepada rupiah. Bila rupiah cenderung mulai stabil, maka ruang untuk melakukan penurunan suku bunga menjadi semakin terbuka,” tandasnya.

Selanjutnya: Penguatan rupiah yang terlalu cepat berdampak kurang sehat bagi ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×