kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Mandiri: Melambatnya ekspor harus diimbangi dengan pertumbuhan manufaktur


Kamis, 31 Januari 2019 / 18:51 WIB
Ekonom Bank Mandiri: Melambatnya ekspor harus diimbangi dengan pertumbuhan manufaktur


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, dunia masih akan mengalami gejolak. Mulai dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Akibat perseteruan kedua negara tersebut, ekspor komoditas Indonesia mengalami hambatan. Ini mengingat, Amerika dan China merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia.

Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, kinerja ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas. Padahal, harga komoditas utama Indonesia diperkirakan masih akan stagnan. Karena itu, Andry mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu ditopang oleh industri manufaktur. “Bila terjadi volatilitas dari harga komoditas, itu seharusnya bisa ditopang oleh sektor manufaktur,” ujar Andry, Kamis (31/1).

Sayangnya, pertumbuhan sektor manufaktur masih lambat. Di kuartal III tahun lalu, pertumbuhan industri manufaktur masih berkisar 4,3%. Di 2017, pertumbuhan industri manufaktur berkisar 4,27%. Tahun ini, dengan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 5,3%, Kementerian Perindustrian menargetkan industri manufaktur akan bisa mencatat pertumbuhan sebesar 5,4%.

Andry mengatakan, seharusnya pertumbuhan industri manufaktur tersebut bisa dicapai bila insentif-insentif yang sudah disediakan pemerintah bisa dioptimalkan dengan baik. Namun, menurutnya masih ada pengusaha yang belum mengetahui insentif tersebut. Karena itu menurutnya, pemerintah harus lebih gencar mensosialisasikan insentif ini.

Kontribusi manufaktur ke PDB juga menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Tahun lalu, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sebesar 19,89%, turun dari tahun 2017 yang sebesar 20,16% dan dari 2016 yang sebesar 20,51%.

Andry berpendapat, untuk bisa mendorong industri manufaktur, Indonesia seharusnya aktif ambil bagian sebagai penyuplai rantai pasok global. “Kalau tidak, kita kurang bisa berkembang. Yang penting itu juga bagaimana kita ikut serta dalam global production network-nya. Itu krusial,” ujar Andry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×