kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekonom ADB: Kebijakan BI jaga rupiah sudah baik


Selasa, 23 Oktober 2018 / 20:15 WIB
Ekonom ADB: Kebijakan BI jaga rupiah sudah baik
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih terus terjadi. Bahkan, hingga 22 Oktober 2018, depresiasi rupiah sudah mencapai 10,65%.

Ekonom Asian Development Bank Institute Eric Sugandi mengatakan, kebijakan yang ditetapkan BI dalam menjaga rupiah sudah benar dan a head of the curve. Di mana, Bank Indonesia menjaga volatilitas rupiah supaya tidak terlalu besar.

Dengan begitu, pelaku bisnis akan memiliki kesempatan untuk melakukan penyesuaian anggaran produksi. Kebijakan lain yang dianggap tepat adalah menaikkan suku bunga acuan BI dan memperkenalkan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

"BI memang tidak menargetkan rupiah pada level tertentu karena Indonesia tidak menggunakan rezim nilai tukar tetap," ujar Eric kepada Kontan.co.id, Selasa (23/10).

Meski kebijakannya sudah benar, faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah masih terlalu kuat. Eric menjelaskan, salah satu faktor eksternal tersebut adalah adanya great rotation di mana waktunya investor global memanen profit dari emerging market, setelah banyak melakukan investasi sejak 2008.

"Kinerja ekonomi Amerika yang membaik memperkuat aliran outflows dari emerging market dari Indonesia. Di Indonesia, outflows terbesar dari saham," tutur Eric.

Faktor lainnya adalah adanya normalisasi atau kenaikan suku bunga Amerika Serikat karena pulihnya ekonomi Amerika setelah resesi 2009. Tak hanya itu, risiko sentimen negatif pelaku pasar finansial global terhadap emerging market yang menular juga risiko eskalasi Perang dagang Amerika Serikat dan China.

Tak hanya itu, pelemahan rupiah ini pun dipicu kenaikan harga minyak dunia. Ini menyebabkan persepsi para pelaku pasar bahwa defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia beresiko membesar.

Sementara, Eric pun berpendapat perekonomian Indonesia masih menghadapi berbagai masalah. seperti defisit transaksi berjalan (CAD) yang bermasalah dan share kepemilikan asing di saham dan SBN masih besar walau sudah turun.

Menurut Eric, yang bisa dilakukan Bank Indonesia saat ini adalah 'buying time' sambil menunggu kondisi eksternal membaik dan adanya realisasi pemerintah dalam menurunkan CAD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×