kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom ADB: Kebijakan BI jaga rupiah sudah baik


Selasa, 23 Oktober 2018 / 20:15 WIB
Ekonom ADB: Kebijakan BI jaga rupiah sudah baik
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih terus terjadi. Bahkan, hingga 22 Oktober 2018, depresiasi rupiah sudah mencapai 10,65%.

Ekonom Asian Development Bank Institute Eric Sugandi mengatakan, kebijakan yang ditetapkan BI dalam menjaga rupiah sudah benar dan a head of the curve. Di mana, Bank Indonesia menjaga volatilitas rupiah supaya tidak terlalu besar.

Dengan begitu, pelaku bisnis akan memiliki kesempatan untuk melakukan penyesuaian anggaran produksi. Kebijakan lain yang dianggap tepat adalah menaikkan suku bunga acuan BI dan memperkenalkan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

"BI memang tidak menargetkan rupiah pada level tertentu karena Indonesia tidak menggunakan rezim nilai tukar tetap," ujar Eric kepada Kontan.co.id, Selasa (23/10).

Meski kebijakannya sudah benar, faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah masih terlalu kuat. Eric menjelaskan, salah satu faktor eksternal tersebut adalah adanya great rotation di mana waktunya investor global memanen profit dari emerging market, setelah banyak melakukan investasi sejak 2008.

"Kinerja ekonomi Amerika yang membaik memperkuat aliran outflows dari emerging market dari Indonesia. Di Indonesia, outflows terbesar dari saham," tutur Eric.

Faktor lainnya adalah adanya normalisasi atau kenaikan suku bunga Amerika Serikat karena pulihnya ekonomi Amerika setelah resesi 2009. Tak hanya itu, risiko sentimen negatif pelaku pasar finansial global terhadap emerging market yang menular juga risiko eskalasi Perang dagang Amerika Serikat dan China.

Tak hanya itu, pelemahan rupiah ini pun dipicu kenaikan harga minyak dunia. Ini menyebabkan persepsi para pelaku pasar bahwa defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia beresiko membesar.

Sementara, Eric pun berpendapat perekonomian Indonesia masih menghadapi berbagai masalah. seperti defisit transaksi berjalan (CAD) yang bermasalah dan share kepemilikan asing di saham dan SBN masih besar walau sudah turun.

Menurut Eric, yang bisa dilakukan Bank Indonesia saat ini adalah 'buying time' sambil menunggu kondisi eksternal membaik dan adanya realisasi pemerintah dalam menurunkan CAD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×