kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Efek bencana ke inflasi lebih dahsyat dari TDL


Kamis, 23 Januari 2014 / 07:52 WIB
Efek bencana ke inflasi lebih dahsyat dari TDL
ILUSTRASI. Kolesterol (Dok/Tribunnews)


Reporter: Asep Munazat Zatnika, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Rencana kenaikan tarif listrik bagi pelanggan industri dan rumah tangga besar mulai Mei 2014 diprediksi tidak akan mendorong inflasi 2014. Inflasi sampai akhir tahun diperkirakan tetap akan ada di kisaran 5,5%-6%.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual bilang, tekanan inflasi lebih besar tahun ini terjadi di awal 2014 karena terhambatnya pasokan makanan. Oleh karena itulah inflasi inti di Januari 2014 bisa mencapai di atas 1%.

Sedangkan Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), A. Prasetyantoko menilai, inflasi akan melonjak tinggi jika terjadi akumulasi efek banjir, terhambatnya pasokan bahan makanan dan kenaikan tarif listrik. "Single efek dari listrik tidak signifikan," katanya.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menambahkan, efek kenaikan tarif listrik relatif kecil karena hanya berlaku untuk industri dan baru akan terasa pada pertengahan tahun. "Proyeksi inflasi 2014 di kisaran 5,5%-6%," ujarnya.

Yang perlu diwaspadai adalah bagaimana pemerintah memastikan pergerakan harga barang dan suplai barang di pasaran akibat bencana.

Sumbang 0,4% inflasi

Seperti diketahui, pemerintah dan DPR sepakat mencabut subsidi listrik perusahaan menengah golongan (I-3) yang go public dan perusahaan besar (I-4). Dengan pencabutan itu maka tarif listrik akan naik 8,6% per dua bulan sekali atau 38,9% hingga akhir 2014.

Sedangkan golongan I-4 naik 13,3% per dua bulan atau 64,7% sampai akhir 2014. Kenaikan tarif listrik juga terjadi untuk rumah tangga besar (R-3). bisnis menengah (B-2), dan bisnis besar (B-3),

Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menghitung, dampak kenaikan TDL industri hanya menyumbang inflasi tahunan sekitar 0,4%. "Pemerintah sudah memproyeksikan kenaikan TDL ini di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014," katanya.

Oleh karena itu, menurut Bambang, pemerintah tidak perlu merevisi asumsi makro APBN 2014 gara-gara kenaikan TDL. "Kecuali ada hal-hal di luar prediksi, seperti bencana atau kondisi ekonomi global memburuk. Dalam APBN 2014, inflasi ditargetkan 5,5%.

Deputi bidang Statistik dan Distribusi Jasa pada Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo bilang, pengaruh kenaikan TDL bagi industri berbeda dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Dampak kenaikan TDL bagi inflasi akan menyebar melalui kenaikan harga-harga lain, bukan hanya kebutuhan pokok. Sebab industri yang terkena banyak jenisnya. Pola penyebarannya juga gradual, dari industri hulu turun ke industri hilir hingga konsumen sehingga tidak terlau besar.

Sementara David berpendapat, pencabutan subsidi listrik untuk industri dan rumah tangga besar baru berpengaruh pada inflasi jika industri mentransfer beban kepada harga produk. Beberapa sektor industri yang akan menghitung kembali beban produksi akibat kebijakan itu adalah sektor ritel, manufaktur, makanan dan minuman.

Apalagi ketiga sektor itu juga harus menanggung pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan upah buruh. David memperkirakan inflasi 2014 masih akan di kisaran 5,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×