Reporter: Rashif Usman | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kegiatan dunia usaha diyakini akan makin menggeliat pada pertengahan tahun 2024.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kegiatan usaha diproyeksi semakin meningkat dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 18,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi di kuartal I-2024 sebesar 14,11%.
Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono mengatakan seluruh lapangan usaha diperkirakan tumbuh positif terutama pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan seiring bergesernya musim panen dari kuartal I-2024 ke kuartal II-2024.
"Terutama pada komoditas tanaman pangan di sejumlah wilayah, terutama daerah lumbung pangan nasional, serta tanaman hortikultura dan perkebunan," tulis Erwin dalam laporannya, Senin (22/4).
Baca Juga: Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar di Maret 2024
Selain itu, Erwin menerangkan, lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar eceran dan reparasi mobil motor, transportasi dan pergudangan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum juga diprediksi tumbuh positif seiring meningkatnya permintaan saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri dan sejumlah strategi pemasaran dan promosi.
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira mengatakan, perkembangan dunia usaha yang meningkat salah satunya dipengaruhi oleh siklus musiman jelang Lebaran. Kondisi yang sama juga terlihat pada kuartal ke II 2022 dan 2023.
"Setiap jelang lebaran, permintaan di berbagai sektor terutama ritel meningkat, tapi yang jadi pertanyaan apakah siklus paska lebaran kembali tumbuh?" kata Bhima kepada Kontan, Senin (22/4).
Bhima juga menerangkan hambatan di kegiatan usaha adalah masih tingginya ekspektasi suku bunga, inflasi dan tekanan harga komoditas tambang maupun perkebunan. Meski ada kenaikan harga minyak mentah, tidak lantas diikuti secara cepat oleh kenaikan harga komoditas lainnya.
Baca Juga: BPS: Indonesia Lebih Banyak Mengimpor Barang dari Israel Dibanding Iran
Kendati demikian, dirinya menilai, kegiatan usaha pada kuartal II 2024 dilihat dari SBT meningkat 13%-14%, lebih rendah dibanding kuartal I 2024. Pasalnya, pelemahan rupiah memiliki dampak ke meningkatnya biaya produksi baik bahan baku dan operasional sehingga berpengaruh ke kapasitas produksi.
"Secara psikologis, pelemahan rupiah membuat kelas menengah atas memiliki persepsi kehati-hatian dalam berbelanja terutama barang kebutuhan sekunder dan tersier," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News