kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dugaan Dinasti Politik Mencuat Usai Caleg Muda Terpilih, Begini Tanggapan Parpol


Minggu, 28 April 2024 / 18:36 WIB
Dugaan Dinasti Politik Mencuat Usai Caleg Muda Terpilih, Begini Tanggapan Parpol
ILUSTRASI. Pemilu 204. KONTAN/Baihaki/14/2/2024


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemilihan legislatif (Pileg) 2024 usai digelar, saat ini masyarakat tengah menunggu tokoh-tokoh yang bakal mengisi bangku panas parlemen. Sejumlah calon legislatif (caleg) muda digadang-gadang juga akan menduduki Senayan, namun dugaan dinasti politik pun mencuat dari terpilihnya caleg muda tersebut.

Center for Strategic and International Studies (CSIS) menemukan, sebagian besar caleg usia muda yang berpeluang lolos sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2024-2029 terasosiasi dengan dinasti politik.

CSIS mencatat, ada 87 caleg muda yang berpeluang lolos ke Parlemen pada Pemilu 2024. Dari jumlah tersebut, 50 di antaranya merupakan kerabat dari elit partai politik (Parpol).

Baca Juga: Siapkan Transisi, Jokowi Masukkan Program Prabowo-Gibran ke RAPBN 2025

Menaggapi hal ini, Anggota DPR RI fraksi partai Gerindra Habiburokhman mengatakan ini menunjukkan persepsi elit dengan rakyat akar rumput berbeda soal apa yang disebut dinasti politik.

“Bagi rakyat mereka memilih orang yang mereka percayai karena dianggap mampu untuk bekerja melayani mereka,” ujarnya kepada KONTAN, Minggu (28/4).

Habib menuturkan, terpilihnya kerabat dari politisi yang sudah menduduki jabatan publik sebelumnya merupakan cerminan atas kepuasan atas kinerja politisi inkambent tersebut.

“Jadi kalau orang tuanya dianggap berprestasi, mereka lebih yakin untuk memilih anaknya,” tuturnya.

Lebih lanjut, habib menambahkan, penggunaan kata dinasti politik memiliki konotasi negatif, sebab dinasti itu menempati posisi bukan dengan melalui perjuangan keras.

Baca Juga: TKN Sambut Baik PPP Jika Ingin Gabung ke Prabowo-Gibran

“Posisi politik dalam dinasti semata-mata ditunjuk atas kesewenang-wenangan, sementara menjadi anggota DPR harus bekerja keras dan berdarah-darah memperebutkan suara satu demi satu,” tandasnya.

Sementara itu, salah satu caleg muda yang kini menjabat sebagai anggota Komisi XI DPR RI fraksi partai Golkar, Putri Anetta Komarudin menyatakan setelah mengikuti dua kali Pileg, latar belakang keluarga bukanlah satu-satunya faktor utama yang menentukan keterpilihan seseorang dalam Pemilu.

Asal tahu saja, Putri wanita kelahiran Bandung pada 21 Agustus 1993, merupakan anak mantan Ketua DPR RI sekaligus politisi partai Golkar Ade Komarudin.

“Memang faktor latar belakang keluarga membuat masyarakat lebih mudah untuk mengenal. Tapi, dikenal saja tidak cukup sebagai modal untuk kemudian bisa dipilih,” kata Putri kepada KONTAN.

Putri mengungkapkan, secara konsisten dirinya bertemu masyarakat di daerah pemilihan Jawa Barat VII demi menyerap aspirasi sejak dirinya turut andil di Pileg pada tahun 2018 silam.

Baca Juga: Hingga Maret 2024, Kemenkeu Sudah Salurkan Anggaran untuk Pemilu Rp 26 Triliun

“Saya juga selalu melaporkan kinerja sebagai wakil rakyat dalam laporan kinerja yang saya rilis di laman media sosial disetiap akhir masa sidang di periode ini,” ungkapnya.

Dia bilang, masyarakat bisa melihat langsung kinerjanya dalam tugas pokok dan fungsinya sebagai anggota DPR. Menurutnya, setiap caleg yang lolos telah bekerja keras sebaik-baiknya, tanpa sekedar mengandalkan nama besar keluarganya.

“Alhamdulillah, kerja keras dan amanah masyarakatlah yang membawa saya terpilih kembali saat ini.  Hal demikian saya rasa juga dilakukan oleh rekan-rekan lainnya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×