Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa, menyusul hasil referendum yang berlangsung kemarin, tak pelak menjadi catatan sejarah dalam perjalanan sebuah kawasan integrasi ekonomi-politik dunia.
Pertanyaan yang mengemuka kemudian, masih perlukah keberadaan kawasan integrasi di dunia, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan seperti salah satunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengatakan, meskipun Inggris keluar dari Uni Eropa, namun mereka tetap mendukung integrasi ekonomi MEA yang sudah berjalan beberapa bulan terakhir.
"Hanya saja, harus ada benefit yang bisa didapat negara-negara di kawasan melalui single market itu. Kami terus mendukung integrasi ekonomi di sana, dan kami akan melanjutkan hubungan erat dengan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia," kata Malik dalam konferensi pers, di Jakarta, Sabtu (25/6/2016).
Malik mengatakan, Inggris memiliki hubungan yang mendalam dengan beberapa negara di ASEAN, seperti Singapura, Malaysia dan Filipina. Inggris juga melihat akselerasi hubungan dengan Indonesia.
Di sisi lain, Malik mengatakan Inggris akan mulai membangun hubungan baru dengan negara-negara di kawasan Uni Eropa. Tentu saja hal tersebut membutuhkan waktu. Namun yang pasti, bisnis di antara mereka akan terus berjalan.
"Sebagai negara kategori 10 terbesar ekonomi dunia, kami harus terus aktif," ucap Malik.
Terkait dengan negosiasi UE-CEPA yang tengah berjalan antara Indonesia dan Uni Eropa, Malik memastikan, keluarnya Inggris tidak akan banyak mempengaruhi hasil negosiasi. Malik menuturkan, perdagangan antara Indonesia dan Inggris berkembang jauh pesat dua tahun terakhir.
"Inggris merupakan investor kelima terbesar Indonesia, dan volume perdagangan terus meningkat. Saya tidak melihat ada alasan untuk tidak melanjutkan kerjasama dengan Indonesia," pungkas Malik. (Baca: Brexit dan Dampaknya Bagi Indonesia)
Peluang investasi
Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimis, keluarnya Inggris dari Uni Eropa tidak berdampak negatif terhadap investasi Inggris ke Indonesia. Sebaliknya, hal ini menjadi peluang bagi Inggris untuk meningkatkan investasinya ke Indonesia.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan, investasi langsung lebih bersifat jangka panjang, sehingga keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa tidak mempengaruhi keputusan bisnis yang sudah dibuat.
"Investasi langsung tergolong dalam investasi yang sifatnya untuk jangka panjang, sehingga sudah melalui pertimbangan-pertimbangan matang bahkan research terlebih dahulu. Jadi, kita tidak perlu khawatir langkah Inggris keluar dari Uni Eropa, karena tidak akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan bisnis yang sudah ada," ujar Franky melalui keterangan resmi, Jumat (24/6/2016).
Franky berpendapat saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk menarik investasi Inggris ke Indonesia. Terlebih lagi Indonesia sudah punya perjanjian perdagangan negara yang menjadi pasar utama seperti China dan India.
Indonesia juga sedang mengupayakan FTA dengan Uni Eropa dan Amerika, sehingga perusahaan Inggris dapat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk masuk ke pasar global. Untuk diketahui, Inggris merupakan mitra utama investasi Indonesia.
Sepanjang 2010-2015, realisasi investasi Inggris ke Indonesia mencapai 4,8 miliar dollar AS dan merupakan peringkat kedelapan negara dengan investasi terbesar.
Sepanjang Januari-Mei 2016, komitmen investasi Inggris ke Indonesia mencapai 111 juta dollar AS, atau tumbuh 517 persen dibandingkan periode sama 2015. (Baca: Dirut BEI: "Brexit" Jadi Pembelajaran Bagi MEA). (Penulis: Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News