kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

DSSN: Pemerintah lamban responi kekurangan pasokan


Selasa, 01 Mei 2012 / 17:45 WIB
DSSN: Pemerintah lamban responi kekurangan pasokan
ILUSTRASI. Rekomendasi saham Matahari Departement Store


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Dewan Daging Sapi Nasional (DDSN) menyebut pemerintah kurang tanggap menyelesaikan polemik kekurangan pasokan daging sapi yang sudah dikeluhkan pengusaha sejak Maret lalu. Sejauh ini, sejumlah rekomendasi atas kekurangan pasokan daging sapi belum disambut pemerintah.

Ketua Umum DSSN sekaligus Ketua Asosiasi Distributor Daging Sapi (ADDI) Suhardjito menuturkan, kekurangan pasokan telah memberi dampak negatif pada seluruh industri yang membutuhkan daging sapi sebagai bahan baku. "Mulai dari industri olahan, pengusaha restoran, katering, hotel, hingga pedagang bakso, mereka sama-sama mengeluhkan kekurangan suplai daging sapi," ujarnya, Selasa (1/5).

Dia menyebut, sejak Maret lalu, harga daging sapi untuk industri olahan telah melonjak 38,4% menjadi Rp 54.000 per kg, dibandingkan harga normal sekitar Rp 39.000 per kg. "Itu karena mereka biasa menerima suplai 20 ton per hari, sekarang hanya menjadi 2 ton per hari," urai Suhardjito, Selasa (1/5).

Mahalnya harga daging sapi juga memangkas pendapatan usaha kecil seperti pedagang bakso. Harga tetelan yang sebelumnya hanya Rp 42.000 per kg, sekarang ini telah melonjak menjadi Rp 47.000 per kg. Akibatnya, keuntungan pedagang berkurang dari Rp 5.000 per kg menjadi hanya Rp 1.000 per kg.

Lanjut Suhardjito, jika pemerintah belum membuka keran impor daging sapi, DSSN memproyeksikan, pada dua bulan mendatang sebanyak 130.125 pekerja di industri olahan daging sapi akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal itu terjadi lantaran, pengusaha masih kesulitan memperoleh pasokan daging sapi, sehingga pabriknya tidak mampu beroperasi.

Bahkan, DSSN mencatat selama Februari hingga April, sebanyak sebanyak 15.000 pekerja dirumahkan sementara, hingga kondisi pasokan daging kembali stabil. "Tahun lalu, peredaran uang dari distribusi daging sapi mencapai Rp 3,64 triliun. Akibat kelangkaan daging sapi, kami prediksi tahun ini akan menurun sebesar 40%," sebutnya.

Suhardjito mengklaim, pasokan daging sapi yang ada di gudang saat ini sudah kosong karena kuota 20.400 ton daging sapi beku pada semester I tahun ini sudah habis.

Oleh karena itu, pihaknya telah memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk mengkaji kembali rasio impor daging sapi dan jumlah pasokan lokal menjadi 35%: 65% dari ketetapan sebelumnya 17,5%:82,5% dari jumlah kebutuhan daging nasional mencapai 484.000 ton.

Alhasil, kebutuhan daging sapi impor mencapai 169.400 ton yang diperoleh dari sapi bakalan plus daging sapi beku. "Kebutuhan daging sapi beku impor dengan berbagai macam spesifikasi tahun ini mencapai 77.310 ton per tahun. Kuota impor yang hanya 34.000 ton per tahun masih sangat kurang," tukas Suhardjito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×