Reporter: Adi Wikanto | Editor: Edy Can
JAKARTA. Darmin Nasution baru saja menduduki kursi Gubernur Bank Indonesia (BI). Namun, DPR telah menagih janjinya untuk memangkas bunga kredit perbankan.
Janji tersebut merupakan salah satu dari sembilan catatan saat pemilihan Darmin sebagai Gubernur BI pada 1 September lalu. Kini sudah hampir sebulan bekerja, politikus Senayan menilai belum ada tanda-tanda munculnya kebijakan untuk menekan bunga pinjaman.
Saat ini, Darmin baru mengeluarkan kebijakan terkait giro wajib minimum (GWM) yang harus disetor bank ke BI. "Bunga pinjaman masih mahal, banyak yang di atas 15%, bahkan lebih," kata Maruarar Sirait, anggota Komisi XI DPR, saat rapat kerja Komisi XI dengan BI, Senin (20/9) malam.
Apalagi, dalam berbagai kesempatan, sebenarnya Darmin dan pejabat BI juga mengetahui bahwa penyebab bunga kredit yang tinggi karena margin keuntungan atau net interest margin (NIM) perbankan terlalu besar. "Mestinya ada kebijakan yang tegas, agar NIM bisa dipangkas," desak wakil rakyat dari fraksi PDI Perjuangan itu.
Dia mencontohkan dengan memotong suku bunga acuan atau BI rate. Apalagi, sudah sejak Agustus 2009, BI rate bertahan di angka 6,5%. "Bunga itu terlalu besar, banyak bank yang memilih menyimpan dana di BI daripada menyalurkan ke kredit," timpal Andi Rahmat, dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.
Darmin mengakui banyak dana bank yang tersimpan di BI melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Nilainya mencapai Rp 350 triliun. "Tapi tidak mudah memotong BI rate, itu bisa menimbulkan gejolak di pasar," elak Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News