Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Wakil Ketua Komisi XI DPR, Andi Rahmat, mengaku prihatin dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 yang sangat pesimistis. Untuk itu, ia mendesak pemerintah meningkatkan dana transfer ke daerah sebagai jalan keluar.
Andi mengatakan, dirinya bisa memahami sikap pemerintah yang pesimis dalam menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 mendatang.
Selain disebabkan penerimaan pajak mengalami penurunan, ia juga melihat konsumsi domestik juga kemungkinan besar mengalami merosot. "Hal ini disebabkan tergerusnya kapasitas ekonomi rumah tangga di Indonesia akibat tingginya inflasi," jelas Andi kepada KONTAN, Rabu (31/7).
Politisi muda PKS tersebut menjelaskan, tingginya inflasi serta kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, membuat dunia usaha Indonesia cukup tertekan. Akibatnya, banyak perusahaan kesulitan untuk melakukan penyesuaian upah yang dapat mendongkrak daya beli masyarakat.
Jadi, sebagai jalan keluar, Andi mendesak pemerintah untuk memperbesar dana transfer ke daerah. Hal ini penting agar dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di setiap daerah di Indonesia.
"Pemerintah jangan teruskan kebiasaan selama ini yang cenderung memusatkan anggaran di Jakarta," tegas Andi.
Andi yakin, kebijakan ini akan dapat meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berbagai daerah. Menurutnya, hal itu terbukti dari kasus yang terjadi di Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Sejak mengalami pertambahan dana transfer ke daerah, PDRB Pinrang kini tumbuh sebesar 11%.
"PDRB Pinrang tertinggi ketiga di Indonesia setelah Makassar dan Pare-Pare. Saya kira ini amat mujarab untuk menghidupkan denyut ekonomi daerah dan meningkatkan konsumsi rumah tangga," pungkas mantan Anggota Pansus Century DPR tersebut.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brojonegoro menegaskan, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan konservatif. Angkanya berada di batas bawah range 6,4%-6,9 %, Indonesia masih di batas bawah.
Bambang mengatakan, sikap pemerintah sangat wajar mengingat World Trade Organization (WTO) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 dari 4,1% menjadi 3,8%.
Bambang memperkirakan pertumbuhan investasi tahun 2014 lebih baik dibanding tahun 2013, namun di bawah tahun 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News