kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Dongkrak Ekonomi Indonesia 2024, Belanja Produktif di Semester II-2024 Perlu Digenjot


Selasa, 16 Juli 2024 / 14:09 WIB
Dongkrak Ekonomi Indonesia 2024, Belanja Produktif di Semester II-2024 Perlu Digenjot
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani bersama jajaran pengurus pusat ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah perlu menggenjot serapan belanja negara pada Semester II-2024 terutama pada anggaran belanja produktif agar pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% pada 2024 bisa tercapai.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W Kamdani mengatakan, belanja yang bersifat produktif seperti belanja infrastruktur harus tetap digenjot.

Dia mencontohkan, program seperti Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) kepada masyarakat berpenghasilan rumah (MBR) harus tetap dijalankan sehingga kuotanya bisa tercapai.

"FLPP itu kan memang perlu sekarang ini pembangunan itu tetap bisa jalan. Jadi perlu ada perhatian dari pemerintah jangan sampai kuotanya itu tidak bisa tercapai. Ini ada biaya-biaya yang perlu terus didorong," ujar Shinta kepada awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (16/7).

Baca Juga: Kementerian ESDM: Investasi Sektor Minerba Mencapai US$ 2,4 miliar di Semester I-2024

Shinta menilai, dengan kondisi ekonomi saat ini memang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diperlukan untuk diarahkan kepada industri-industri yang bisa menghasilkan produktivitas dan nilai tambah yang tinggi.

"Kita juga melihat ada dasar-dasar yang berkaitan dengan bagaimana caranya kita bisa lebih mengembangkan produktivitas melalui nilai tambah," katanya.

Dari sisi belanja daerah juga perlu dipercepat sehingga memberikan dampak terhadap perekonomian daerah.

"Harus kita terus dorong seperi e-Katalog, tapi belanja daerah ini juga harus terus diakselerasi karena jelas mempengaruhi perekonomian daerah tersebut," imbuh Shinta.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi belanja negara hingga Semester I-2024 baru mencapai Rp 1.398 triliun atau setara 42% dari APBN 2024. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan tingkat penyerapan tahun sebelumnya terutama didukung oleh akselerasi kinerja Belanja Pemerintah Pusat (BPP) dan Transfer ke Daerah (TKD).

Pada prognosis belanja negara Semester II-2024 diperkirakan akan melampaui dari alokasinya di dalam APBN 2024. Hal ini dipengaruhi terutama dengan adanya percepatan pencairan belanja yang bersumber dari pinjaman luar negeri/dalam negeri serta peningkatan kebutuhan subsidi dan kompensasi energi seiring dinamika asumsi makro tahun 2024.

Baca Juga: Melonjak Signifikan, Realisasi Investasi Minerba Tembus US$ 15,92 Miliar per Mei 2024

Selanjutnya, belanja negara akan digunakan untuk menjaga daya beli dan membantu kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program seperti pemberian bantuan sosial, subsidi, dan kompensasi energi, serta penyaluran transfer ke daerah untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Belanja negara akan terus dioptimalkan guna mencapai prioritas pembangunan nasional, terutama penyelesaian program strategis nasional dengan tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas belanja negara dalam pelaksanaan APBN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×