kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Djoko Chandra, jejak keluarga Grup Mulia yang jadi buron


Sabtu, 18 Juli 2020 / 06:00 WIB
Djoko Chandra, jejak keluarga Grup Mulia yang jadi buron


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Djoko Soegiarto Tjandra, salah satu terpidana kasus korupsi paling dicari sejak 2009, tiba-tiba dikabarkan di Indonesia untuk mengajukan upaya hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 

Djoko Tjandra meninggalkan Indonesia pada 2009 saat Mahkamah Agung menjatuhkan vonis kepadanya terkait korupsi pengalihan (cessie) tagihan Bank Bali pada 1999. Sejak buron, kabarnya simpang siur. Ia dikabarkan lari ke negara tetangga dan menjadi warga negara Papua Nugini (PNG).

Baca Juga: Inilah jejak pejabat Bareskrim Polri yang bikin surat jalan untuk Djoko Tjandra

Pria kelahiran Sanggau 27 Agustus 1950, ini memang identik dengan Grup Mulia yang memiliki bisnis inti properti. Kongsi empat bersaudara yakni Tjandra Kusuma (Tjan Boen Hwa), Eka Tjandranegara (Tjan Kok Hui), Gunawan Tjandra (Tjan Kok Kwang), dan Djoko S Tjandra sendiri didirikan pada 1970.

Dekade 1990-an, Grup Mulia makin moncer saat dipegang olehnya yang mengkomandani kepemilikan properti perkantoran seperti Five Pillars Office Park, Lippo Life Building, Kuningan Tower, BRI II, dan Mulia Center. Grup Mulia menaungi sebanyak 41 anak perusahaan di dalam dan luar negeri.

Selain properti, grup yang pada 1998 memiliki aset Rp 11,5 triliun itu merambah sektor keramik, metal, dan gelas. Tak terpengaruh dengan nama baik yang ditorehkan Djoko tersebut, bisnis Grup Mulia masih tetap bersinar.

Menurut Daniel Saputra, Pengamat Manajemen nama baik seorang pengusaha dapat dilihat dari kacamata persepsi publik dan realitasnya. "Persepsi masyarakat non bisnis bisa saja menganggap pengusaha itu jelek, tapi bagi masyarakat bisnis (personalnya) masih ok," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/7).

Baca Juga: Kapolri copot Kabiro Bareskrim Prasetyo Utomo, pembuat surat jalan Djoko Tjandra

Hal tersebut terkadang menjadi perdebatan di tengah publik. Namun Daniel mencatat, perusahaan yang Djoko kawal terbukti masih tetap berjalan mulus dan punya prospek baik, mulai dari properti hingga manufaktur kaca.

Djoko dikenal mampu mendidik dan menelurkan jajaran eksekutif yang loyal dan punya profesionalitas tinggi. Tak jarang, kata Daniel, pada masa Djoko memegang kendali di Mulia, perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik tanpa campur tangan keluarga.

Artinya Grup Mulia telah berjalan di atas profesionalisme yang tinggi. Sehingga ada istilahnya, Daniel bilang, seorang raja atau pemimpin bisa saja dianggap buruk, tapi kalau para jenderal di bawahnya percaya penuh, maka operasional perusahaan tak akan mengalami gangguan berarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×