Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengaku tak mempermasalahkan hasil survei Pol-Tracking Institute yang menempatkannya di bawah mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam hal kualitas personal. Ia mengaku tak pernah sama sekali memikirkan hasil survei yang selama ini dirilis oleh lembaga manapun.
"Ya bagus dong, tidak apa-apa, kenapa malah tanya balik. Saya biasa saja, mau kalah, mau menang di survei biasa saja. Tapi biasanya sih saya nomor satu, he-he-he," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (24/3).
Menurut Jokowi, hal ini bukanlah yang pertama kalinya. Bahkan pernah suatu ketika, ia mengaku sama sekali tak masuk dalam daftar survei. "Sebelumnya, saya pernah nomor sekian atau malah hilang sama sekali. Tidak masuk survei juga pernah. Gitu aja kok terlalu dipikir, hal yang seperti itu jangan terlalu dipikirkan," ucapnya.
Survei Pol Tracking Survei oleh Pol Tracking diambil berdasarkan kuisioner yang disebar pada 330 responden guru-guru besar dan profesor di seluruh Indonesia pada Februari-Maret 2014. Penilaian dilakukan berdasarkan aspek kompetensi dan kapabilitas, aspek visi dan gagasan, aspek kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan, pengalaman dan prestasi memimpin.
Selain itu, survei ini juga didasarkan pada kemampuan memimpin dan mengelola koalisi politik partai pendukung, aspek integritas, dan aspek kemampuan menjalankan pemerintahan dan memimpin negara, terutama bidang penegakan hukum/pemberantasan korupsi dan bidang ekonomi/peningkatan kesejahteraan.
Menurut Pol Tracking, kandidat diseleksi melalui meta-analisis pemberitaan media dan dinamika pencalonan di parpol-parpol. Selain itu, kandidat juga masuk dalam Survei Nasional Opini Publik elektabilitas top of mind pada survei Oktober 2013 dan Desember 2013. Pendalaman profil kandidat dilakukan melalui focus group discussion untuk memastikan kandidat tidak menyandang status tersangka/terdakwa/terpidana.
Dari serangkaian proses, dihasilkan 35 nama yang layak dinilai kompetensi dan kualitas personalnya. Untuk penentuan skor, dilakukan pada skala 1-10. Survei menunjukkan Jusuf Kalla unggul dalam aspek kompetensi dan kapabilitas (7,66), aspek visi dan gagasan (7,71), aspek leadership skill dan keberanian mengambil keputusan (7.93), pengalaman dan prestasi memimpin (7,79), dan kemampuan memimpin dan mengelola koalisi politik partai pendukung (7,46).
Sedangkan Jokowi unggul dari JK pada aspek integritas (7,83) dan kemampuan menjalankan pemerintahan dan memimpin negara, terutama bidang penegakan hukum/pemberantasan korupsi dan bidang ekonomi/peningkatan kesejahteraan (7,77).
Urutan 10 tokoh teratas secara kualitas personal adalah Jusuf Kalla, Joko Widodo, Mahfud MD, Wiranto, Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, Tri Rismaharini, Surya Paloh, Yusril Ihza Mahendra, dan Aburizal Bakrie. Sedangkan, posisi terendah diduduki oleh Rhoma Irama. (Alsadad Rudi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News