kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Di Asean, kualitas SDM kita juga tertinggal


Rabu, 26 Juni 2013 / 09:37 WIB
Di Asean, kualitas SDM kita juga tertinggal


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) resmi berlangsung mulai tahun 2015. Namun, ada kekhawatiran Indonesia bakal kalah bersaing dengan negara tetangga, khususnya di sektor tenaga kerja. Soalnya, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia tertinggal dibandingkan dari negara tetangga.

Asian Productivity Organization (APO) mencatat, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia pada tahun 2012, hanya ada sekitar 4,3% tenaga kerja yang terampil. Jumlah itu kalah jauh dibandingkan dengan Filipina yang mencapai 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%.

Global Competitiveness Report juga mendata, Indonesia menduduki peringkat ke-50 dalam indeks persaingan global sejak tahun 2012. Tahun 2011-2012, Indonesia sempat menduduki peringkat ke-46. Indeks ini menunjukkan produktivitas sebuah negara, baik dari sisi sumber daya alam hingga SDM. Indonesia juga kalah dengan Thailand yang duduk di peringkat ke-38, Brunei Darussalam ke-28, Malaysia ke-25, dan Singapura ke-2.

Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menegaskan, kualitas SDM kita lebih rendah dibandingkan negara tetangga, sehingga butuh peningkatan bila ingin bersaing di AEC. "Dari total angkatan kerja sebesar 116,5 juta jiwa, sekitar 50,4% maksimal hanya berpendidikan sekolah dasar," ujar Slamet, Selasa (25/6).

Tanpa peningkatan kualitas, jumlah pengangguran di Indonesia bakal semakin besar. Mengingat, AEC memungkinkan serbuan tenaga kerja dari negara tetangga.
"Industri jasa seperti restoran, hotel, keuangan kebanyakan menggunakan bahasa Inggris. Sementara kita masih belum cukup untuk itu. Mau gak mau pengusaha akan rekrut orang luar," tandas Benny Soetrisno, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Tenaga Kerja.

Nah, mencegah hal itu, Ceppie K. Sumadilaga, Deputi Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas, berjanji pemerintah akan meningkatkan skill atau kompetensi tenaga kerja nasional. Pemerintah akan mengoptimalkan pengembangan SDM melalui jalur pendidikan formal, jalur pelatihan kerja, dan jalur pengembangan karier.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×