kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Demokrat memilih bermain di luar dua poros


Selasa, 20 Mei 2014 / 22:21 WIB
Demokrat memilih bermain di luar dua poros
ILUSTRASI. Warga?Serbia yang tinggal di Kosovo mengibarkan bendera menyusul keputusan warga Serbia setempat untuk meninggalkan institusi Kosovo, di Mitrovica Utara, Kosovo, 5 November 2022. REUTERS/Ognen Teofilovski


Reporter: Mimi Silvia, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Partai Demokrat besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampaknya akan absen dalam hiruk pikuk hajatan pemilihan presiden (pilpres) 9 Juli 2014 mendatang. Partai berlambang mercy ini telah memutuskan untuk tidak bergabung dalam gerbong dua poros koalisi besar.

SBY memilih tidak mendukung pasangan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo dan Jusuf Kalla (JK), maupun poros pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. "Tidak bergabung secara formal dengan kubu capres Jokowi atau kubu capres Prabowo Subianto," kata Ketua Harian Partai Demokrat, Syariefuddin Hasan, Selasa (20/5).

Keputusan ini sesuai dengan hasil rapat pimpinan nasional (rapimnas) Demokrat pada 18 Mei lalu. Meski tidak memihak alias non blok, Demokrat memastikan kadernya tidak akan golput.

Syarief menjelaskan, suara Demokrat akan diberikan capres dan cawapres yang punya plaform segaris dengan Demokrat. Makanya, kader Demokrat bakal menyimak dan mempelajari program para capres. "Ini solusi serta kebijakan memajukan kehidupan bangsa, termasuk tantangan nasional saat ini dan masa mendatang," jelasnya.

Menteri Koperasi dan UKM itu menegaskan kader Demokrat akan kritis pada platform kebijakan pasangan capres. Tentunya tidak segan-segan untuk tidak memberikan dukungan ke pasangan capres yang dirasa arah kebijakannya tidak masuk akal. "Tak mau dukung capres yang janji-janjinya hampir pasti tak dapat dilaksanakan," paparnya.

Intinya, Syarief berharap supaya pemerintahan mendatang bisa untuk melanjutkan arah kebijakan pada masa pemerintahan SBY. "Demokrat mempersilakan presiden mendatang untuk perbaiki yang belum baik di era SBY," katanya.

Sayrief menegaskan nanti pada waktunya Demokrat akan menentukan arah politiknya. Gelagat Demokrat ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bagi masyarakat. Terlebih pasca rapimnas yang sebagian besar kader Demokrat memilih untuk netral.

Seperti kita tahu, Senin (19/5) malam SBY bersama petinggi Demokrat menjalin komunikasi dengan Prabowo-Hatta. Bahkan, SBY mengundang secara khusus pasangan ini ke kediamannya di Puri Cikeas. Ini menunjukkan, arah angin Demokrat menuju ke pasangan ini. Tetapi ternyata tidak.

Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya menjelaskan posisi Demokrat dalam peta percaturan politik 2014 saat ini sangat dilematis. Meraih posisi keempat dengan suara 10,19% di pemilihan legislatif (pileg) lalu membuat Demokrat tidak bisa mengusung capresnya sendiri.

Sementara itu, upaya SBY untuk membuka komunikasi dengan poros Jokowi-JK melalui Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tak berjalan mulus. "Sulit bagi Mega untuk membuka komunikasi karena persoalan historis," katanya.

Sedangakan, jalinan komunikasi dengan pasangan Prabowo-Hatta lebih kepada komunikasi politik besan. Tapi pada akhirnya, karakteristik politik SBY yang condong bermain aman menjadi penentu arah Demokrat.

Demokrat memilih lebih realistis melihat peta pilpres saat ini. Mengingat kekuatan dua pasangan capres-cawapres saat ini terbilang seimbang. "Dengan tidak berpihak sekarang justru lebih aman karena bisa jadi kalau memihak justru membuat demokrat terpuruk," katanya.

Kini tinggal tunggu permainan Demokrat pasca pilpres, ikut pemerintahan atawa beroposisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×